Senin, 22 Agustus 2011

BERJUANG DI SEPULUH HARI TERAKHIR


Ini adalah sedikit oleh-oleh, hasil mencatat cepat dari mendengarkan ceramah Sabtu pagi, di Mesjid Salman ITB, bersama Ust. Aam Amiruddin tea’.

Beliau mengatakan, ada beberapa paradigma yang harus diubah tentang malam Lailatul Qadar, yang sangat dinantikan kehadirannya oleh seluruh umat Islam di dalam bulan Ramadhan. Diantaranya, yaitu:
1.      Bahwa malam Lailatul Qadar bukan hanya untuk umat yang sedang melaksanakan I’tikaf di mesjid Jamie (mesjid besar yang merupakan tempat dilaksanakannya sholat Jum’at) saja, melainkan untuk siapapun, seluruh umat Islam yang sedang beribadah dan mengerjakan kebaikan.
2.      Selain itu, tidak ada gejala alam khusus. Jadi tidak ada kaitan antara malam Lailatul Qadar dengan  fenomena alam yang terjadi. Indikasi bahwa seseorang telah dirahmati Allah dengan kemuliaan malam Lailatul Qadar adalah, hanya dapat terlihat pada perubahan tingkah laku yang mengarah kepada kebaikan.

Semoga kita diberi kekuatan iman untuk terus bertobat dan bertobat. Aamiin, ya, Rabb.

Ada beberapa kebaikan yang dirasakan oleh insan yang bertobat, diantaranya:
1.      Mendapat rahmat Allah. Seperti yang terdapat dalam Q.S. Az Zumar (39): 53 “… Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
2.      Akan memiliki jiwa yang bersih. Dalam HR. Tabrani, “Sesungguhnya pada hati itu ada karat, bagaikan karat dalam tembaga. Maka, bersihkanlah dengan istighfar dan tobat.
3.      Merasakan ketenangan batin. “Barangsiapa yang membiasakan istighfar, maka Allah akan membebaskannya dari segala kesusahan, melapangkan dari segala kesedihan, dan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Abu Daud, Nasa’I, dan Ibnu Majah).
4.      Akan terhindar dari azab Allah. Seperti tercantum dalam QS 8: 33 “… Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan.”
5.      Akan mendapatkan cinta Allah SWT. Seperti dalam QS. 2: 222 “… Sungguh Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri.”
6.      Akan mendapat keberuntungan. QS. 24: 31 “… Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.”

Demikianlah sedikit yang dapat di-share. Semoga bermanfaat dan membuat kita menjadi umat yang mau beristighfar (memohon ampun dengan lisan) dan bertobat (berhenti dari dosa dan tidak mengulanginya). Karena, begitu terampuni dosa, maka segala sesuatu yang kita inginkan dapat terpenuhi. Hal terpenting adalah agar limpahan rahmat Allah selalu tercurah pada kita. Aamiin..




Senin, 15 Agustus 2011

Engkaulah Matahariku

Adalah dua buah kata yang selalu terucap ketika memeluk kedua buah hati. Karena begitulah adanya. Selalu ingin dan berusaha untuk menorehkan energi positif pada jiwa dan benak mereka semenjak kecil. Sehingga diharapkan kelak mereka menjadi anak-anak yang bahagia, tumbuh dengan rasa percaya diri dan memiliki motivasi yang tinggi. Hingga yakin dengan kemampuan yang dimiliki dan sanggup menjalani kehidupan dengan cara mereka sendiri. Semoga Allah selalu mencintai, menjaga dan melindungi mereka dan seluruh anak-anak di dunia. Aamiin.

Hingga, kumenemukan kalimat-kalimat yang juga terinspirasi dari matahari. Dalam sebuah novel motivasi dari Adenita, berjudul 9 Matahari. “Jangan pernah berhenti untuk menggenggam matahari,” adalah kalimat sarat makna yang dikutip dari novel tersebut. Ada apa dengan matahari?

Matahari  sebagai sumber energi, cahaya, dan sanggup menyinari seluruh alam semesta. Meski terkadang kehadirannya dikeluhkan oleh sebagian orang yang tidak sanggup menerima teriknya. Pun apabila ia hadir dengan kesenduan yang bergelayut. Begitulah kita, manusia yang belum terlatih untuk selalu bersyukur atas anugerah Allah. Bagaimanapun, matahari  selalu muncul setiap hari, memberikan apa yang bisa ia beri. Matahari mengajarkan kita untuk terus berbagi. Agar kita semakin memahami tentang peran setiap insan. Hingga akhirnya kita pun bisa merasakan bahwa jiwa kita hidup. Ya, dengan memberi, kita akan merasa bahagia.

..tetes air mata, mengalir di tengah gelak tawa, selamanya kita tak akan berhenti mengejar, matahari.. (by Ari Lasso)

Duhai, setiap insan memiliki peran yang harus dilakoni dengan seoptimal mungkin. Kobarkanlah semangat, tebarkanlah motivasi, yakin, dan cukupkanlah cinta hanya padaNya.

Kalau menginginkan kemakmuran satu tahun, tanamlah gandum. Kalau menginginkan kemakmuran sepuluh tahun, tanamlah pohon. Kalau menginginkan kemakmuran seratus tahun, kembangkanlah orang (Pepatah Cina).

Semoga Allah memudahkan dan meridhoi gerak langkah kita semua. Aamiin..


Jumat, 05 Agustus 2011

Cerita Sedikit dari Novel: Galaksi Kinanthi

 Tak sengaja, kumenemukanmu bersandar diantara deretan buku-buku yang berjajar rapi. Seolah-olah kau memelas padaku, “Take me home, please..” Sebuah buku tebal bertuliskan nama Tasaro GK. Oo, telah mengenal namamu setahun yang lalu dari seorang teman. Sekarang, saat yang tepat untuk memahami dan menikmati untaian kalimat yang tersaji. Galaksi Kinanthi by Tasaro GK.
Mulai dari halaman pertama, yang terbersit adalah, aku tidak salah menyelamatkanmu. Ada nuansa puitik disana. “Kepada temaram petang, dia melengkungkan perasaannya yang berumur selamanya.” Dan masih banyak lagi, tentang, waktu yang mempunyai caranya sendiri untuk melewatkan segala peristiwa.
Alur ceritanya pun unpredictable. Sungguh mengacak-acak emosi dan membanting imajinasi. Dari awal sampai akhir. Ya, sampai kata SELESAI. I like it so much. Dimulai dari masa kecil yang berada dalam keterasingan. Sehingga munculah tokoh Ajuj, sahabat sejati. Ajuj dan Kinanthi.
Kesetiaan dan kepolosan dua orang sahabat, Ajuj dan Kinanti, hingga mereka terpisahkan oleh peristiwa yang sangat menorehkan luka, baik bagi kedua tokoh maupun bagi pembaca. Dan kelak peristiwa itu pun terus melekat hingga mereka dewasa. Kepedihan yang mewarnai penantian dan pencarian, menjadi inti cerita pada novel ini. Dua puluh tahun, bukan waktu yang singkat. “Saat setengah jiwanya pergi, sudah terlambat untuk mematikan tanaman hati ini.” Dan, “Setelah dunia ini, kita tetap tidak akan menyatu. Lalu dimana aku bisa menemuimu? Semakin aku merasa pernah memiliki, semakin keras rasanya kehilangan,” adalah kalimat-kalimat yang sangat menghunjam. *lebai*
Selain itu, Penulis pun menceritakan banyak isu dan konflik yang menggetarkan dan membuka mata tentang betapa kecilnya arti jiwa manusia di mata manusia tak beragama.
Sungguh, akhir cerita yang mengejutkan. Dari awal sampai akhir seperti gelombang yang dahsyat, mempermainkan emosi tanpa ada jeda. Hingga membuat dada terasa sesak karena kesedihan, kemarahan, dan berbagai kecamuk lainnya. Novel yang sungguh luar biasa. Sangat padat. Satu kata, sarat emosi.
Tentang sebuah rasa yang sudah begitu renta, tapi tak pernah menjadi katakata (Tasaro GK)

Senin, 01 Agustus 2011

Geletar di Pengasingan

deru nafas memburu
mencekam dalam kelam
mencekat rindu yang membebat

terhunus takdir yang mengibu
pada bilik waktu kemestian
yang tertulis dalam kitabNya, di Lauh Mahfudz