Kamis, 20 Desember 2012

CITARUMKU

Sungai Citarum (Sumber Gambar: Google)

Berawal dari perjalanan menuju Soreang, ibukota Kabupaten Bandung beberapa hari yang lalu, dengan menyusuri aliran sungai Citarum. Membayangkan alangkah asyiknya bila sungai sepanjang 273 km ini, yang merupakan sungai terpanjang di Jawa Barat, menjadi objek wisata sungai. Sebagai jalur alternatif transportasi seperti di Sungai Musi, Sumatera Selatan, atau berfungsi sebagai pasar terapung seperti di Sungai Martapura, Kalimantan Selatan. Bila itu terwujud, maka tidak akan ada lagi image bahwa sungai Citarum adalah sungai paling tercemar di dunia. Juga dapat dipastikan bahwa masyarakat tidak akan resah bila musim hujan datang, akan berkurangnya kemacetan di jalan raya, dan kehidupan ekonomi mayarakat pun akan semakin meningkat.
Banyak hal yang telah dilakukan oleh BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) Citarum untuk menyelamatkan sungai Citarum dari keterpurukannya. Seperti pengerukan dasar sungai, pembuatan terasering, hingga membuat tanggul pembatas antara sungai dan daratan. Selain itu, dengan membuat kolam penampungan air di Baleendah yang berfungsi untuk menampung genangan air. Namun akan lebih efektif lagi apabila industri yang ada melakukan  pencegahan  seperti harapan dari Greenpeace dan Walhi, yaitu dengan menggunakan bahan yang tidak mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) dan mendorong industri menuju sistem produksi bersih. Walhi pun mengharapkan adanya kerjasama dari masyarakat agar hanya mau menerima produk dari pabrik yang benar-benar sudah sehat dan dalam proses produksinya tidak mencemari dan meracuni sungai.
Untuk mewujudkan impian itu dibutuhkan kerjasama yang solid antara pemerintah daerah dan provinsi dengan pihak pengelola industri. Juga harus ada ketegasan dari pemerintah terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pihak industri yang mengancam kelestarian lingkungan. Selain itu yang perlu dibina dalam mayarakat adalah membiasakan diri sejak dini untuk selalu hidup bersih, dengan membuang sampah di tempatnya.  Sehingga akan terbentuk karakter positif dalam setiap individu, yaitu kemampuan berpikir dan bersikap untuk tidak mengotori lingkungan dengan bahan-bahan yang tidak dapat terurai (persisten). Karena hal ini menjadi penyebab rusaknya alam, dan akan terakumulasinya logam berat dalam tubuh hingga menyebabkan timbulnya gangguan kesehatan.

Rabu, 21 November 2012

Paranoia

Malam tak lagi purnama
Siang enggan menawarkan keteduhan
Rentetan waktu melolong dalam kepedihan
Meretas relung dalam gemuruh gelombang

Tak ‘kan habis tanya melambung
Dari tipis bibir pelantun kehidupan
Tak juga cukup peristiwa tersaji
Dari kitab Sang Pencipta


Hanya pilar doa yang makbul
Mengumbar segala pinta
Meski hanya larik nada sumbang
Melagukan kemuskilan

Segala yang tersimpan
Tak ‘kan berdiam dalam kebekuan
Bersemayam, menggeliat hingga mencengkeram
Membebat jiwa

Hanya kejujuran sanggup menenangkan
Pengertian mampu menghilangkan
Sekelumit kisah perjalanan insan
Tak butuh penyelesaian, hanya sebuah pelepasan

(tepisunyi, 020011012)

Minggu, 04 November 2012

Erotisme di Atas Panggung Hajatan Hingga Pembantaian di Atas Tuts Piano



         Minggu siang, 4 November, kami memenuhi undangan pernikahan dari seorang teman di daerah Sapan. Ketika tiba di lokasi, di panggung tampak sedang beraksi seorang biduan berdandan aduhai. Berbaju ketat dengan rok sepan hampir mendekati pangkal paha. Bisa dikatakan ini adalah salah satu kelainan pertumbuhan. Yang seharusnya tumbuh ke bawah, ini malah memendek ke atas. Mungkin juga ini merupakan salah satu efek gombalisasi.
Sesudah bersalaman dengan kedua pengantin, kami pun lalu menyantap makan siang di atas jajaran kursi yang berada tepat di depan panggung. Sembari makan, aku pun memperhatikan biduan tersebut beserta penari latar muka dadakan yang merupakan tiga orang pemuda, dengan usia sekitar 27-30 tahunan. Entah bapak di sebelahku, apakah memperhatikan atau menjaga pandangan. Aha. Makanan yang kukunyah terasa tidak jelas, antara tertelan dan tersedak. Karena meski sambil makan, mataku melotot, mengamati penuh tanda tanya. Pun musik terdengar sangat memekakkan telinga. Memperhatikan gerakan mereka di atas panggung, badan bergeal-geol seperti putaran jangka di atas kertas. Sebenarnya suaranya bagus, tetapi kenapa harus dengan gerakan seperti itu? Mengapa hanya tarian jangka itu saja yang digerakannya?
Begitupun kalau melihat hiburan di panggung pada acara khitanan. Selalu saja biduan-biduan berdandan seronok. Padahal yang dikhitan kan anak-anak? Apakah tidak lebih baik kalau yang ditampilkan adalah grup band anak-anak seperti Super Seven, dengan lagu-lagu berciri khas anak-anak? Beda lagi kalau yang dikhitan adalah laki-laki dewasa. Mungkin aku tidak akan banyak komentar. Hanya bergegas melemparkan bom molotov pada lokasi tersebut.
            Nah, berbeda dengan acara Konserto Piano pada Minggu sore kemarin. Sejak memasuki ruang Auditorium IFI, Jalan Purnawarman No. 32 itu suasana tampak syahdu. Dengan lampu temaram, jajaran rangkaian bunga, dan sebuah grand piano tertata di atas panggung. Baru memasuki ruangan pun sudah terasa aura elegan. Apalagi ketika satu per satu dari sembilan pianis usia sekolah dasar hingga sekolah menengah atas itu mempertontonkan kelincahan jemari mereka di atas tuts-tuts piano. Terdengar indah sekali, dengan memainkan komposisi musik dari Bach, Beethoven, Chaminade, F. Liszt, E. Grieg, A. Scriabin dan Chopin. Mulai dari yang bertempo lambat hingga bertempo sangat cepat. Wah, sungguh luar biasa. Keanggunan yang mencengangkan. Seolah terjadi pembantaian terhadap tuts piano yang tanpa henti. Indah sekali. Amaze
Gwyn Elisabeth Sutanto, juga bermain piano hanya dengan tangan kiri

Yang menarik adalah saat seorang pianis asal Bandung bermain piano hanya menggunakan tangan kiri. Setelah membaca tulisan seorang blogger, ternyata zaman dahulu Paul Wittgenstein yang juga merupakan seorang pianis, telah kehilangan lengan kanannya saat Perang Dunia I. Sehingga untuk melanjutkan karir di bidang musiknya ia meminta sejumlah komposer untuk menuliskan partitur yang diperuntukkan khusus bagi pianis yang hanya dapat menggunakan tangan kirinya saja. 
            Dari kedua jenis aksi panggung diatas, dapat direnungkan bahwa sesungguhnya untuk menghibur penonton dibutuhkan keterampilan dan keahlian yang maksimal dengan cara yang tepat. Namun bukan dengan mengekspos gerakan atau penampilan erotis, yang tidak pantas dipertontonkan di depan khalayak.

Kamis, 01 November 2012

Betapa Sederhananya Kurikulum Pendidikan Islam

            Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap anak. Semua orangtua pasti menginginkan memiliki anak-anak yang pintar dan berperilaku terpuji. Sejak bayi masih dalam kandungan pun seorang ibu sudah banyak memberikan stimulasi, baik berupa asupan gizi yang baik maupun dalam bentuk aktifitas fisik. Seperti sentuhan melalui perut sang ibu, terapi musik, berdialog dengan bayi dalam kandungan, dan lain-lain. Semua hal itu dilakukan demi membentuk kecerdasan anak sejak dini. Ketika sang bayi telah lahir pun orangtua tetap fokus bagaimana caranya agar sang bayi dari hari ke hari mendapat stimulus terbaik agar perkembangan otaknya pesat dan cemerlang, hingga kelak dapat menjadi orang yang sukses. Setiap tahap perkembangan seorang anak pun selalu diiringi dengan proses pendidikan, baik dengan cara bermain maupun bersekolah, menyesuaikan juga dengan usia perkembangan anak.
            Ketika menginjak usia sekolah orangtua biasanya mulai dipusingkan dengan berbagai tetek bengek biaya sekolah dan bingung memilih sekolah yang terbaik. Karena seperti yang kita ketahui bahwa sekolah dengan fasilitas lengkap pasti membutuhkan biaya yang besar mencapai belasan juta rupiah. Namun, bila memilih sekolah yang minim fasilitas dikhawatirkan pula pendidikannya tidak akan berkualitas.
Sebenarnya bagaimana pendidikan yang ideal dalam Islam akan dituliskan secara singkat di bawah ini, yang merupakan rangkuman dari makalah pengajian dengan tema Tarbiyah An-Nabawiyyah yang ditulis oleh Ust. Kiki H Asy-Syauqie.

Garis besar pendidikan dalam Islam, yaitu:
     1.      Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata
      1.      Tarbiyyat.
                Tarbiyat meliputi pendidikan akhlak, jasmani, akal, sosial, emosional dan estetika. Sehingga setiap  individu diharapkan kelak dapat memanfaatkan keahlian yang dimiliki, yang sesuai dengan minat dan bakatnya dalam hidup bermasyarakat.
      2.      Ta’lim, yaitu menggugah individu agar dapat mempersepsikan makna dalam pikirannya.
    3.      Tadris, yaitu membaca yang dilakukan secara berulang-ulang, sehingga akan mempermudah proses menghafal.
    4.      Tahzib, seperti memangkas reranting. Yaitu, membersihkan akhlak dari hal-hal yang dapat merusak keimanan.
      5.      Ta’dib, yaitu mendidik akhlak.

Intinya adalah, pendidikan dalam Islam merupakan proses transfer ilmu kepada anak didik, mengarahkan dan meluruskan kesalahan yang telah dilakukan agar selalu berada pada jalurnya. Sehingga dengan bekal ilmu yang dimiliki seorang anak dapat mengembangkan dirinya menjadi pribadi mandiri, yang cerdas secara emosional, intelektual dan spiritual, beramal soleh dalam bermasyarakat demi mencapai ridho Allah Swt. Dan kunci keberhasilan pendidikan adalah komunikasi.

     2.      TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Dalam mendidik, setiap orangtua pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai, agar kelak tidak menciptakan generasi burung unta, yaitu disebut burung namun tidak dapat terbang, disebut unta juga tidak bisa ditunggangi. Jadi semoga menjadi anak-anak yang memiliki keprofesionalan di bidangnya yang dapat bermanfaat bagi sesama.
Diantara tujuannya adalah:
      a.      Selamat dunia, akhirat dan terhindar dari siksa neraka
Seperti dalam Q.S Al-Mujaadilah: 11 “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Juga dalam sebuah hadits menyebutkan, “Barangsiapa yang berjalan mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan ia berjalan menuju surga.” Karena ilmu yang sejalan dengan amal akan melahirkan hikmah.

      b.      Pembentukan akhlak mulia
Dengan ilmu yang dimiliki diharapkan anak-anak akan tersentuh hatinya, sehingga timbul motivasi dari dalam diri untuk selalu melakukan yang terbaik.
Seperti dalam Q.S Fathir: 28 “ Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Juga dalam sebuah hadits riwayat Al-Bukhari, “Dari Muawiyah ia berkata: aku mendengar Nabi Saw. bersabda, “Siapa yang Allah kehendaki kebaikan kepadanya, maka Ia akan pahamkan ia dalam urusan agama.” Dan orang-orang yang paham agama Allah swt, diumpamakan sebagai pohon kurma, karena semua bagian dari pohon kurma itu pasti bermanfaat untuk kehidupan manusia.

       c.       Persiapan mencari rezeki dan pemeliharaan segi kemanfaatan
Petunjuk dan ilmu bagaikan hujan lebat yang turun ke tanah. Dan sesungguhnya hujan itu akan menghidupkan negeri yang mati, seperti itulah ilmu-ilmu agama menghidupkan hati. Dan dengan ilmu pula Allah akan membukakan pintu rezeki, yaitu dengan mengangkat derajat orang-orang berilmu di dunia dan akhirat nanti.
Ada beberapa tipe manusia dalam kesiapan dirinya menerima petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Yaitu:
1.      Naqiyyah. Seperti tanah yang menyerap air, sehingga dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Adalah orang yang paham agama Allah, memanfaatkan ilmu Allah untuk dirinya dan orang lain, yaitu dengan mempelajari dan mengajarkannya.
2.      Ajadib. Bagaikan tanah yang keras, dapat menahan air hingga tergenang dan dapat diminum oleh manusia, hewan dan tumbuhan. Yaitu orang yang mempelajari ilmu Allah, mengajarkannya kepada orang lain, namun tidak mengamalkan untuk dirinya sendiri.
3.      Qii’an. Seperti permukaan tanah berbentuk lembah, tidak dapat menahan air, juga tidak dapat menumbuhkan tanaman. Yaitu orang yang tidak mau menerima hidayah, tidak mau mendengar ilmu, tidak hafal, tidak mengamalkan dan tidak mengajarkannya kepada orang lain.

      d.      Menumbuhkan roh ilmiah
Siti Aisyah berkata,”Sebaik-baiknya perempuan adalah perempuan Anshar, karena rasa malu tidak menghalangi mereka untuk faham dalam urusan agama.” Demi kejelasan hukum dari Allah dan Rasul-Nya mereka berani menanyakan hal yang tabu kepada Rasul (terdapat dalam kisah Ummu sulaim).

      3.      KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
Menurut Ali Ahmad Mazkur, kurikulum pendidikan Islam adalah kurikulum penyiapan manusia sesuai dengan syari’at Allah Swt dan aturan-Nya bagi alam dan kehidupan.
Pendidikan yang baik, menurut pemikiran Imam Ibn Hajar Al Asqalani dalam kitab Fathulbari terkait dengan kurikulum pendidikan Islam. Yaitu,
       1.      Ada guru (Rasul)
       2.      Ada murid (Sahabat Rasul)
       3.      Ada kurikulum (berupa empat buah perintah dan larangan)
       4.      Melalui metode Tanya jawab

Keempat perintah itu adalah:
      1)      Iman, berupa syahadat tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah
      2)      Sholat lima waktu
      3)      Zakat (diperkirakan disana ada shaum Ramadhan)
      4)      Membayar seperlima dari ghonimah

Sedangkan keempat larangan itu adalah:
     1)    Duba’, yaitu melarutkan anggur di dalam labu kemudian ditanam hingga mendidih, hingga menyebabkan kematian.
      2)      Hantam, adalah bejana yang digunakan membawa khamr.
      3)      Muzaffat adalah bejana yang padanya terdapat minyak ter.
      4)      Naqir.

Jadi inti kuriukulum pendidikan Islam adalah:
       a. Akidah berupa keimanan kepada Allah Swt, yang tertuang pada dua kalimat syahadat                           
       b.   Syariah berupa sholat lima waktu, shaum, zakat
       c.  Akhlak berupa larangan meminum duba’, hantam, muzaffat dan Naqir
Kurikulum ini merupakan satu kesatuan yang saling menyambung dan tidak dapat dipisahkan.
           
            Demikianlah resume singkat Tarbiyah An-Nabawiyyah yang dapat dipaparkan. Untuk garis besar pendidikan Islam yang keempat, yaitu Metode Pendidikan Islam insya Allah dilanjutkan di lain kesempatan. Semoga bermanfaat. 


Selasa, 30 Oktober 2012

Sebuah Hanya

sumber foto: mbah google

 Batas,
Disini aku mengetuk
Tentang arah perjalanan
Darimana semua berawal

Waktu,
Tunjukkan kuasamu
Tentang melumat peristiwa
Tak bersisa
Hanya, sebuah kenang..

Sabtu, 27 Oktober 2012

Shock Therapy ke Ranca Buaya

            Dalam rangka menjadi tour guide keluarga adik dari Jakarta, yang ingin menghabiskan waktu liburan di Bandung, kami mengusulkan beberapa lokasi untuk menjadi tempat wisata. Setelah berdiskusi akhirnya kami memutuskan untuk mengadakan perjalanan ke Ranca Buaya, dengan alasan ingin memperlihatkan suasana pantai kepada kedua anak perempuannya yang masih balita dan ingin menikmati suasana sejuk dengan panorama yang indah. Daripada berwisata ke pusat kota Bandung ataupun ke kawasan Bandung Utara yang dapat dibayangkan betapa macetnya di saat long week end seperti ini, karena bertepatan juga dengan liburan Idul Adha. 

          Kami start dari Banjaran, kabupaten Bandung, sekitar jam 10 pagi.  Melewati terminal Banjaran, kendaraan padat merayap, membuat perjalanan tersendat sekitar 20 menitan. Lalu perjalanan berlanjut menuju Pangalengan. Dari pertigaan mendekati terminal Pangalengan, kami belok ke kanan dan terus melaju ke arah Taman Wisata Situ Cileunca. Dari kejauhan, terlihat ramai juga pengunjung di Situ Cileunca. Ada yang mendirikan tenda, juga tampak perahu karet untuk arung jeram. Kami pun dapat menghirup udara segar dan melihat pemandangan indah di kiri kanan jalan. Kesejukkan yang mulai jarang didapatkan di perkotaan. 
           Kami melewati Perkebunan Teh Cukul. Seperti permadanai hijau yang terhampar ratusan hektar. Jalan yang kami lewati beraspal dan sangat mulus. Di beberapa tempat tampak beberapa pekerja sedang memperbaiki jalan. Juga terdapat gundukan pasir dan bebatuan, namun tidak mengganggu. Ternyata Pemerintah Provinsi Jawa Barat sedang mengadakan proyek pembangunan infrastruktur Jalan Jawa Barat Bagian Selatan untuk memajukan kawasan selatan yang cenderung masih kurang terperhatikan. Sehingga diharapkan ke depannya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

Hamparan Kebun Teh
Pabrik Pengolahan Teh Hitam
Vila Cukul
            Dari ketinggian 1600 m dapl kami dapat melihat betapa dahsyatnya proyek yang sedang dikerjakan. Seolah-olah membelah perbukitan hijau. Di satu sisi kami memandang proyek ini merusak ekosistem alam, namun di sisi lain kami menganggap ini sebagai langkah untuk membuat Jawa Barat bagian Selatan menjadi lebih maju lagi dengan sarana infrastruktur yang mendukung. Sehingga diharapkan juga dapat memajukan sektor pariwisata di Jawa Barat yang memang kaya akan sumber daya alam.
               Setelah satu jam perjalanan yang mulus, kami mulai memasuki wilayah Talegong, Kabupaten Garut. Disini tampak jalan belum selesai dibangun. Jalanan pun masih berpasir, banyak kendaraan berat di wilayah ini. Memasuki wilayah ini penumpang mulai gelisah, kedua balita sudah mulai muntah-muntah. Karena tidak terbiasa mengadakan perjalanan jauh. 

Stum Perkasa
Jalan Tanah
Jalan yang Sedang Dibangun



Salah Satu Jembatan Penghubung
     Semakin jauh kami berjalan, maka semakin menggila pula track perjalanan yang kami lewati. Jalan berpasir dengan lebar 4 meter, dengan kiri dan kanan jurang, juga bukit pasir yang besar kemungkinan dapat longsor. Dengan tanjakan-tanjakan tajam yang sanggup membuat sport jantung. Memang kami bukan para adventurer sejati yang bermental baja. Kami tidak membayangkan bahwa rute yang kami lalui akan sepanjang dan nge-rock seperti ini. Namun tak perlu khawatir, karena jalan berpasir ini hanya ditemui sepanjang 1 km saja. Selanjutnya jalan kembali mulus. Melewati beberapa buah jembatan dengan sungai kecil penuh bebatuan di bawahnya. Lalu kami melewati hutan, juga masih dengan belokan tajam dan tanjakan curam. 
Pantai Ranca Buaya dari Atas Bukit
            Memasuki wilayah Cisewu kami disuguhi pemandangan alam pedesaan yang menawan, hamparan sawah berundak mengingatkan pada lukisan alam bergaya natural yang banyak dijumpai di galeri seni jalan Braga. Nampak rumah-rumah penduduk dilembah yang dibelah oleh aliran sungai yang masih jernih airnya, sungguh memberikan suguhan pemandangan tak tergantikan. Setelah melewati Sukarame, kami memasuki wilayah Caringin. Dari kejauhan pun pemandangan sudah tampak sangat indah. Seolah –olah kami ada di atas bukit dengan garis pantai dan buih ombak memutih dikejauhan.  Terbayar sudah lelah kami di perjalanan. Perjalanan ini kami tempuh selama 3,5 jam tanpa istirahat, kecuali ketika berhenti untuk membeli kantong plastik buat muntah. 
Anak-anak Bermain Di Sekitar Batu Karang
            Di pintu gerbang Pantai Ranca Buaya kami membayar tiket masuk sebesar tiga ribu rupiah per orang. Kami  hanya bermain sebentar saja, kira-kira 20 menit, di tempat yang terdapat banyak  batu karang, sehingga air laut tidak sampai ke tempat anak-anak bermain. Hanya sebatas mata kaki saja. Pemandangan batu karang pun sangat indah. Namun sayang dicemari oleh sampah yang berserakan di beberapa tempat. Sebenarnya ada lokasi yang dapat dipakai untuk berenang, tetapi terhalang oleh ratusan perahu nelayan yang sedang bersandar. Secara keseluruhan, pemandangan pantai memang indah, namun fasilitas yang lain seperti tempat penginapan dan wisata kuliner kurang menggiurkan. Lebih terkesan kumuh dan tidak terawat. Ada juga tempat pelelangan ikan dan pemukiman penduduk yang lumayan padat.
            Jam 02.30 kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Santolo dengan tujuan untuk mencari tempat makan siang. Dari Ranca Buaya ke Pantai Santolo kami melewati Pantai Cigalobak. Dikiri kanan jalan tampak hamparan lahan kosong. Pada zaman era Presiden Soeharto, di kawasan ini merupakan perkebunan sawit milik anaknya, Tommy Soeharto. Karena banyak terjadi penjarahan, lama kelamaan luas perkebunan sawit pun semakin berkurang dan beralih fungsi menjadi lahan pertanian milik rakyat. Di kejauhan tampak punggung-punggung bukit yang juga menambah keindahan panorama. Jalanan beraspal dan mulus. Selain itu kami melewati banyak muara sungai. Dengan pemandangan sepanjang garis pantai yang indah, membuat ingin menepi kembali dan menginjak pasir pantainya. 
Stasiun Peluncuran Roket
            Akhirnya setelah 1 jam perjalanan kami sampai juga di Pantai Santolo, dengan membayar tiket masuk sebesar tiga ribu rupiah per orang. Sekitar lima ratus meter sebelum lokasi, kami menjumpai kawasan Stasiun Peluncuran Roket milik Lapan. Di Pantai Santolo ini tampak lebih ramai dan hidup wisata kulinernya. Juga terdapat tempat pelelangan ikan. Setelah menemukan tempat yang nyaman, kami memasuki rumah makan dengan pemandangan langsung ke tepi pantai. Sangat indah sekali. Namun sayang kulinernya tidak selezat yang kami bayangkan, dengan pelayanan yang kurang ramah.
Pantai Santolo di Senja Hari
            Apabila diperhatikan, bentuk ombak di pantai Santolo ini agak aneh, seperti berlapis-lapis. Agak seram juga melihatnya. Pola deburan ombak yang tampak di pasir putihnya berbentuk kerucut, bukan garis lurus. Arusnya lumayan deras. Karena merupakan pertemuan dari beberapa arah gelombang. Pasirnya putih bersih. Namun, entah mengapa, di tepian kira-kira dua ratus meter dari bibir pantai terdapat banyak pecahan botol yang seolah-olah disebarkan begitu saja. Setelah menghabiskan makan sembari mendengarkan suara debur obak yang menderu, kami melanjutkan perjalanan pulang menuju kota Bandung tercinta.
            Sebelum semakin jauh melaju, kami mengisi solar terlebih dahulu di SPBU terdekat di Pameungpeuk. Karena kami tidak akan menemukan lagi SPBU kira-kira 30 km hingga kami mencapai wilayah Cikajang. Karena waktu telah menunjukkan pukul 17.30 WIB, kami hanya berpapasan dengan beberapa kendaraan dan motor. Jalanan tampak lengang. Sepanjang jalan Pameungpeuk hingga Cisompet jalan pun beraspal dan sangat mulus.  Selepas Cisompet kami memasuki perkebunan teh Neglasari. Bila perjalanan dilakukan siang hari, akan tampak air terjun di kejauhan, lalu kami mulai memasuki kawasan hutan. Disekitar kawasan Cihurip kami sampai di suatu daerah yang berkabut sangat tebal sepanjang 100 meter, menyebabkan jarak pandang berkurang sehingga lampu hazard mobil harus dinyalakan. Selepas itu kami kembali memasuki hutan perbatasan antara Cihurip dan Cikajang. Sungguh perjalanan malam yang sempurna, di tengah hutan dengan bulan yang separuh purnama, hanya ada kami di dalam mobil dan Sang Maha Pencipta. Sungguh, perjalanan yang mendebarkan dan penuh rasa kepasrahan pada-Nya.
            Selepas pertigaan Cikajang dan Singajaya, jalan kembali ramai, kami melaju terus melewati kota kecamatan Cikajang, Cisurupan dan Bayongbong. Ketika sampai di kota Garut tepatnya sebelum Tarogong kami terjebak macet yang lumayan panjang. Diperkirakan penyebabnya adalah karena banyaknya wisatawan yang berkunjung ke pemandian air panas. Dan saat keluar dari ruas jalan lingkar Nagreg kami terjebak kemacetan lagi, karena bertemu dengan laju kendaraan dari arah Tasik yang melalui tanjakan Nagreg. Selepas Cicalengka kami dapat melaju dengan lancar dan selamat sampai tujuan. Jadi total waktu tempuh Ranca Buaya-Bandung via Pameungpeuk dalam kondisi macet adalah 8 jam, melelahkan namun menyenangkan.
            Demikianlah kisah perjalanan seharian bersama para adventurer pemula yang masih berusia belia. Semoga menjadi titik awal lahirnya jiwa-jiwa petualang yang dapat melestarikan keindahan dan kekayaan alam Indonesia, khususnya di Jawa Barat, serta menjadikannya sebagai media pendekatan diri pada Sang Pencipta. Aamiin.
            Alangkah indah dan kayanya alam pariwisata Jawa Barat. Hal ini akan semakin menguntungkan dan membanggakan apabila lebih baik lagi dalam pengelolaannya. Seperti adanya paket khusus wisata pantai yang mengelilingi seluruh pantai di Jawa Barat, yang juga terjaga kebersihannya.

***