Jumat, 28 September 2012

Puisi untuk Abah

Sepuluh tahun
Bukan pula waktu yang singkat
Juga tidak terbilang lama
Namun inilah titik awal untuk melaju

Menyimak dan bercerita
Adalah irama yang kita dendangkan
Mengerti dan memahami
Adalah suara yang kita nyanyikan
Memaafkan dan memberi kesempatan
Adalah mahkota kebebasan dalam kebermaknaan
Senyum dan pelukan
Adalah tempat segala rasa menemukan perlindungan

Derai luka dan prasangka
Menjembatani lahirnya ketulusan
Khilaf dan lupa
Mewarnai perjalanan waktu
Melahirkan pertaubatan

Terjawab sudah sekelumit resah dan tanya
Pengalaman memberikan pemahaman
Tentang arah perjalanan, hati dan fikiran

Bagaimana sebuah ikatan dapat menguatkan
Tapak-tapak pencarian menjejak harapan ke depan
Bintang utara menunjukkan arahnya
Menerangi, bertabur gemintang
Pada siapa yang mencari jalan pulang, untuk
Sebuah kebersamaan

Disinilah kita, Kau dan Aku

(tepisunyi, 02909012)

Kamis, 13 September 2012

Melarungkanmu, Jiwa


Pelangipun menghapus warnanya
Sebelum titik air sempat melesat

Merapal kelamnya syair sunyi
Melebur bayang dalam lipatan waktu

Melompati genangan, enggan basah
Biar mentari membisukan jejak pencarian

Karena disini, adalah waktu yang berulang
Pada masa yang tak sama

Merepih

Mempertegas batas antara hitam dan putih
Mendistorsi arah perjalanan

Rabu, 12 September 2012

Membaca Kepribadian Seseorang Melalui Irama Ketukan di Pintu


Pernahkah Anda mendengarkan secara seksama saat seseorang mengetuk pintu rumah Anda? Apa yang Anda rasakan saat itu? Apakah ketukan dari setiap tamu yang datang memiliki irama yang sama ataukah berbeda? Bagaimanakah suara ketukannya? Mari kita simak hasil pengamatan mendalam yang telah saya rasakan selama ini, sepanjang pintu rumah masih terpasang di tempatnya.
Ada beberapa tipe kepribadian yang berhasil saya kelompokkan. Ini semua berdasarkan pengamatan dan perasaan yang ditimbulkan dari suara ketukan tersebut. Yaitu:
1).  Satu ketukan mantap. Tok. Tok. Itu menandakan bahwa orang tersebut sangat berhati-hati dalam bersikap. Cenderung pendiam dan penuh perhitungan dalam tingkah dan lakunya. Tidak mau ikut campur urusan orang lain. Dan dipastikan merupakan tipe orang yang tidak menyukai acara gosip di televisi atau dimanapun. Melakukan apa yang dia anggap benar dan bermanfaat, meninggalkan segala bentuk kesia-siaan dalam hidup.
2). Ketukan mantap, dengan tekanan yang kuat, terburu-buru dan tanpa henti. Menandakan tipe orang yang suka terburu-buru atau ingin menyelesaikan segala sesuatu dalam waktu secepat mungkin. Gerak tubuhnya bagai menyatu dengan detik pada jarum jam dinding. Seolah dirinya adalah supir angkutan umum yang sedang mengejar setoran. Memiliki keyakinan yang kuat atas pengetahuannya meski terkadang masuk ke dalam kategori ‘sok tahu’. Dapat mengambil keputusan yang cepat dalam waktu singkat. Berjiwa pemimpin dan memiliki pengaruh yang kuat.
3). Ketukan dengan tekanan yang ringan, diiringi aneka sapaan salam. Menandakan orang tersebut memiliki hubungan yang akrab dengan sang pemilik rumah. Sedikit menyertakan rasa lapar dalam kunjungannya dan berharap mendapatkan suguhan makanan yang bisa memenuhi tuntutan perutnya.
4). Ketukan mantap, konsisten, percaya diri, dan pantang menyerah. Menandakan orang yang berkunjung memiliki tekad yang kuat untuk melaksanakan satu kehendak. Sehingga secara tidak langsung akan membuat tuan rumah merasa enggan untuk membukakan pintu, bahkan sanggup membuat rumah menjadi senyap dan lenyap dari pandangan mata dalam hitungan detik. Misalnya, suara ketukan para petugas RT saat menarik iuran warga di waktu yang kurang tepat, dan petugas PLN yang menagih bayaran yang tertunda.
5). Ketukan dengan sedikit sekali tekanan, disertai suara yang sangat halus. Menandakan tamu yang berkunjung memiliki ikatan masa lalu yang kuat atau memiliki dendam yang belum tersalurkan dengan tuan rumah. Namun jenis ketukan yang terakhir ini kemungkinan besar terdengar di malam hari, saat tengah malam ketika sang empunya rumah sedang tertidur lelap atau di saat sedang sendirian.

Itulah macam-macam ketukan yang bisa diterjemahkan menurut apresiasi saya. Lalu, termasuk ke dalam kepribadian manakah Anda?

Kamis, 06 September 2012

Ledakan di Ujung Pena

Sumpah aku pusing, dengan segala kecamuk yang tak henti melompat dan berdesakan di kepala. Seolah setiap unsur kimia berlomba untuk menyeruak ke permukaan kepala dan menjadi pemenangnya. Namun untuk setiap unsur, tak nampak jelas namanya bahkan berapa jumlah nomor atom yang dikandungnya. Tak kukenal apa itu namanya.

Sumpah aku pusing, untuk segala hal yang membuatku bahagia. Teman-teman sehobi, sejiwa, sevisi dan misi yang sanggup membuatku tersenyum bahagia. Bahkan, luapan bahagia pun mampu menjalarkan rasa panas di ubun-ubun.

Sumpah aku pusing, untuk segala hal yang membuatku lara. Namun, aku sanggup menyalurkannya lewat untaian tetes air dari kelenjar air mata, yang letaknya tersembunyi. Semisterius luapan perasaan yang bisa merangsang kelenjar itu untuk mengeluarkan air mata. Kumenyebutnya, air mata emosi.

Sumpah aku pusing, memilih dan memilah hal yang ingin kuungkapkan. Sedangkan semuanya telah memercik liar dari hati dan fikiran. Mengacaukan satu sama lain. Saling  memilin, memelintir dan berpaut seperti sepasang molekul DNA.

Sumpah aku pusing, untuk hal yang harus kulakukan namun belum kukerjakan. Hingga pembuluh aorta pun bergegas memompa darahku untuk menyalurkannya pada bagian tubuh yang harus bergerak terlebih dahulu. Namun, badanku membeku, ubun-ubunku mengepul dan kedua telapak tanganku mengusap kepala dengan kesepuluh jari meremas helaian rambut yang seolah ikut menegang. 

Lafadz Istighfar, adalah gerimis bagi ubun-ubunku. Hingga rintiknya menyelusup ke dalam pori-pori kepala, terus merembes tanpa henti, dan perlahan  menyapa relung hati. Mengingatkan.

Lalu membimbingku untuk mengambil sebuah pena, buku tulis putih berabjad 'm', membuka halaman yang masih kosong, dan melepaskan segala duri-duri tajam yang menancap di benak dan seluruh jiwa. Satu per satu.

Tuhan, aku bebas.