Pendidikan
merupakan kebutuhan primer bagi setiap anak. Semua orangtua pasti menginginkan
memiliki anak-anak yang pintar dan berperilaku terpuji. Sejak bayi masih dalam
kandungan pun seorang ibu sudah banyak memberikan stimulasi, baik berupa asupan
gizi yang baik maupun dalam bentuk aktifitas fisik. Seperti sentuhan melalui
perut sang ibu, terapi musik, berdialog dengan bayi dalam kandungan, dan
lain-lain. Semua hal itu dilakukan demi membentuk kecerdasan anak sejak dini. Ketika
sang bayi telah lahir pun orangtua tetap fokus bagaimana caranya agar sang bayi
dari hari ke hari mendapat stimulus terbaik agar perkembangan otaknya pesat dan
cemerlang, hingga kelak dapat menjadi orang yang sukses. Setiap tahap perkembangan
seorang anak pun selalu diiringi dengan proses pendidikan, baik dengan cara
bermain maupun bersekolah, menyesuaikan juga dengan usia perkembangan anak.
Ketika
menginjak usia sekolah orangtua biasanya mulai dipusingkan dengan berbagai tetek
bengek biaya sekolah dan bingung memilih sekolah yang terbaik. Karena seperti
yang kita ketahui bahwa sekolah dengan fasilitas lengkap pasti membutuhkan
biaya yang besar mencapai belasan juta rupiah. Namun, bila memilih sekolah yang
minim fasilitas dikhawatirkan pula pendidikannya tidak akan berkualitas.
Sebenarnya
bagaimana pendidikan yang ideal dalam Islam akan dituliskan secara singkat di
bawah ini, yang merupakan rangkuman dari makalah pengajian dengan tema Tarbiyah
An-Nabawiyyah yang ditulis oleh Ust. Kiki H Asy-Syauqie.
Garis besar
pendidikan dalam Islam, yaitu:
1.
Pengertian
Pendidikan
Pendidikan
berasal dari kata
1.
Tarbiyyat.
Tarbiyat
meliputi pendidikan akhlak, jasmani, akal, sosial, emosional dan estetika.
Sehingga setiap individu diharapkan kelak dapat memanfaatkan keahlian yang
dimiliki, yang sesuai dengan minat dan bakatnya dalam hidup bermasyarakat.
2.
Ta’lim, yaitu menggugah
individu agar dapat mempersepsikan makna dalam pikirannya.
3.
Tadris, yaitu membaca
yang dilakukan secara berulang-ulang, sehingga akan mempermudah proses
menghafal.
4.
Tahzib, seperti
memangkas reranting. Yaitu, membersihkan akhlak dari hal-hal yang dapat merusak
keimanan.
5.
Ta’dib, yaitu mendidik
akhlak.
Intinya adalah,
pendidikan dalam Islam merupakan proses transfer ilmu kepada anak didik,
mengarahkan dan meluruskan kesalahan yang telah
dilakukan agar selalu berada pada jalurnya. Sehingga
dengan bekal ilmu yang dimiliki seorang anak dapat mengembangkan dirinya menjadi
pribadi mandiri, yang cerdas secara emosional, intelektual dan spiritual, beramal
soleh dalam bermasyarakat demi mencapai ridho Allah Swt. Dan kunci keberhasilan
pendidikan adalah komunikasi.
2.
TUJUAN PENDIDIKAN
ISLAM
Dalam
mendidik, setiap orangtua pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai, agar kelak
tidak menciptakan generasi burung unta, yaitu disebut burung namun tidak dapat terbang,
disebut unta juga tidak bisa ditunggangi. Jadi semoga menjadi anak-anak yang
memiliki keprofesionalan di bidangnya yang dapat bermanfaat bagi sesama.
Diantara
tujuannya adalah:
a.
Selamat
dunia, akhirat dan terhindar dari siksa neraka
Seperti
dalam Q.S Al-Mujaadilah: 11 “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Juga
dalam sebuah hadits menyebutkan, “Barangsiapa yang berjalan mencari ilmu, maka
Allah akan mudahkan ia berjalan menuju surga.” Karena ilmu yang sejalan dengan
amal akan melahirkan hikmah.
b.
Pembentukan
akhlak mulia
Dengan
ilmu yang dimiliki diharapkan anak-anak akan tersentuh hatinya, sehingga timbul
motivasi dari dalam diri untuk selalu melakukan yang terbaik.
Seperti dalam Q.S
Fathir: 28 “ Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya
hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Juga
dalam sebuah hadits riwayat Al-Bukhari, “Dari Muawiyah ia berkata: aku
mendengar Nabi Saw. bersabda, “Siapa yang Allah kehendaki kebaikan kepadanya,
maka Ia akan pahamkan ia dalam urusan agama.” Dan orang-orang yang paham agama Allah
swt, diumpamakan sebagai pohon kurma, karena semua bagian dari pohon kurma itu
pasti bermanfaat untuk kehidupan manusia.
c.
Persiapan
mencari rezeki dan pemeliharaan segi kemanfaatan
Petunjuk
dan ilmu bagaikan hujan lebat yang turun ke tanah. Dan sesungguhnya hujan itu akan
menghidupkan negeri yang mati, seperti itulah ilmu-ilmu agama menghidupkan
hati. Dan dengan ilmu pula Allah akan membukakan pintu rezeki, yaitu dengan
mengangkat derajat orang-orang berilmu di dunia dan akhirat nanti.
Ada
beberapa tipe manusia dalam kesiapan dirinya menerima petunjuk Allah dan
Rasul-Nya. Yaitu:
1.
Naqiyyah. Seperti
tanah yang menyerap air, sehingga dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan
rerumputan yang banyak. Adalah orang yang paham agama Allah, memanfaatkan ilmu
Allah untuk dirinya dan orang lain, yaitu dengan mempelajari dan
mengajarkannya.
2.
Ajadib. Bagaikan tanah
yang keras, dapat menahan air hingga tergenang dan dapat diminum oleh manusia,
hewan dan tumbuhan. Yaitu orang yang mempelajari ilmu Allah, mengajarkannya
kepada orang lain, namun tidak mengamalkan untuk dirinya sendiri.
3.
Qii’an. Seperti permukaan
tanah berbentuk lembah, tidak dapat menahan air, juga tidak dapat menumbuhkan
tanaman. Yaitu orang yang tidak mau menerima hidayah, tidak mau mendengar ilmu,
tidak hafal, tidak mengamalkan dan tidak mengajarkannya kepada orang lain.
d.
Menumbuhkan
roh ilmiah
Siti
Aisyah berkata,”Sebaik-baiknya perempuan adalah perempuan Anshar, karena rasa
malu tidak menghalangi mereka untuk faham dalam urusan agama.” Demi kejelasan hukum
dari Allah dan Rasul-Nya mereka berani menanyakan hal yang tabu kepada Rasul (terdapat
dalam kisah Ummu sulaim).
3.
KURIKULUM PENDIDIKAN
ISLAM
Menurut
Ali Ahmad Mazkur, kurikulum pendidikan Islam adalah kurikulum penyiapan manusia
sesuai dengan syari’at Allah Swt dan aturan-Nya bagi alam dan kehidupan.
Pendidikan
yang baik, menurut pemikiran Imam Ibn Hajar Al Asqalani dalam kitab Fathulbari
terkait dengan kurikulum pendidikan Islam. Yaitu,
1.
Ada guru (Rasul)
2.
Ada murid (Sahabat
Rasul)
3.
Ada kurikulum (berupa
empat buah perintah dan larangan)
4.
Melalui metode Tanya
jawab
Keempat
perintah itu adalah:
1)
Iman, berupa syahadat
tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah
2) Sholat lima waktu
3)
Zakat (diperkirakan
disana ada shaum Ramadhan)
4)
Membayar seperlima
dari ghonimah
Sedangkan keempat larangan itu
adalah:
1) Duba’, yaitu
melarutkan anggur di dalam labu kemudian ditanam hingga mendidih, hingga menyebabkan
kematian.
2)
Hantam, adalah bejana
yang digunakan membawa khamr.
3)
Muzaffat adalah bejana
yang padanya terdapat minyak ter.
4)
Naqir.
Jadi inti kuriukulum pendidikan
Islam adalah:
a. Akidah berupa keimanan
kepada Allah Swt, yang tertuang pada dua kalimat syahadat
b.
Syariah berupa sholat
lima waktu, shaum, zakat
c. Akhlak berupa larangan
meminum duba’, hantam, muzaffat dan Naqir
Kurikulum ini
merupakan satu kesatuan yang saling menyambung dan tidak dapat dipisahkan.
Demikianlah resume singkat Tarbiyah
An-Nabawiyyah yang dapat dipaparkan. Untuk garis besar pendidikan Islam yang
keempat, yaitu Metode Pendidikan Islam insya Allah dilanjutkan di lain
kesempatan. Semoga bermanfaat.