Kamis, 20 Desember 2012

CITARUMKU

Sungai Citarum (Sumber Gambar: Google)

Berawal dari perjalanan menuju Soreang, ibukota Kabupaten Bandung beberapa hari yang lalu, dengan menyusuri aliran sungai Citarum. Membayangkan alangkah asyiknya bila sungai sepanjang 273 km ini, yang merupakan sungai terpanjang di Jawa Barat, menjadi objek wisata sungai. Sebagai jalur alternatif transportasi seperti di Sungai Musi, Sumatera Selatan, atau berfungsi sebagai pasar terapung seperti di Sungai Martapura, Kalimantan Selatan. Bila itu terwujud, maka tidak akan ada lagi image bahwa sungai Citarum adalah sungai paling tercemar di dunia. Juga dapat dipastikan bahwa masyarakat tidak akan resah bila musim hujan datang, akan berkurangnya kemacetan di jalan raya, dan kehidupan ekonomi mayarakat pun akan semakin meningkat.
Banyak hal yang telah dilakukan oleh BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) Citarum untuk menyelamatkan sungai Citarum dari keterpurukannya. Seperti pengerukan dasar sungai, pembuatan terasering, hingga membuat tanggul pembatas antara sungai dan daratan. Selain itu, dengan membuat kolam penampungan air di Baleendah yang berfungsi untuk menampung genangan air. Namun akan lebih efektif lagi apabila industri yang ada melakukan  pencegahan  seperti harapan dari Greenpeace dan Walhi, yaitu dengan menggunakan bahan yang tidak mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) dan mendorong industri menuju sistem produksi bersih. Walhi pun mengharapkan adanya kerjasama dari masyarakat agar hanya mau menerima produk dari pabrik yang benar-benar sudah sehat dan dalam proses produksinya tidak mencemari dan meracuni sungai.
Untuk mewujudkan impian itu dibutuhkan kerjasama yang solid antara pemerintah daerah dan provinsi dengan pihak pengelola industri. Juga harus ada ketegasan dari pemerintah terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pihak industri yang mengancam kelestarian lingkungan. Selain itu yang perlu dibina dalam mayarakat adalah membiasakan diri sejak dini untuk selalu hidup bersih, dengan membuang sampah di tempatnya.  Sehingga akan terbentuk karakter positif dalam setiap individu, yaitu kemampuan berpikir dan bersikap untuk tidak mengotori lingkungan dengan bahan-bahan yang tidak dapat terurai (persisten). Karena hal ini menjadi penyebab rusaknya alam, dan akan terakumulasinya logam berat dalam tubuh hingga menyebabkan timbulnya gangguan kesehatan.