Rabu, 01 Mei 2013

Siapakah Orang yang Paling Kau Takuti?

     Setiap insan dalam perjalanan hidupnya pasti memiliki tokoh panutan atau seseorang yang ditakuti, yang sanggup membawa perubahan besar dalam bersikap. Dimana dengan kehadiran orang tersebut kita rela, meski dengan terpaksa, melakukan hal apapun yang sebenarnya enggan kita lakukan. Dalam hidupku, seseorang tersebut adalah Uak atau kakak laki-laki ibu yang telah meninggal bertahun-tahun yang lalu.
     Begini cerita singkatnya. Aku lahir dan dibesarkan di kota kecil bernama Sungai Gerong, tepatnya terletak di Provinsi Sumatera Selatan,  Palembang. Sejak kecil, saat liburan sekolah menjelang hari raya Idul Fitri, kami sekeluarga selalu mudik ke tempat kelahiran ibuku, di kota Bandung. Hingga aku duduk di kelas satu SMP tradisi mudik ini pun tetap berlangsung.
       Nah, saat mudik ini biasanya kami berkumpul di rumah nenek di sebuah gang kecil di jalan Mohammad Toha. Waktu berkumpul itulah kami bertemu dengan Uak, namanya Uak Soeroso. Itu adalah saat paling religius dalam hidupku. Karena apa? Ya, karena aku sanggup mengerjakan sholat lima waktu, tentu saja dengan penuh rasa takut, pada Uak.
       Alm. Uak adalah seseorang yang sangat keras dalam hal pendidikan agama dan pelajaran sekolah. Dan Uak pun merupakan orang yang disegani oleh lingkungan sekitar, sering dipercaya untuk menjadi khotib saat sholat Jum’at. Pantas saja. Alm. Uak memiliki dua orang anak perempuan, yang pastinya lebih berpengalaman dalam merasakan didikannya yang keras. Aku yang paling tua diantara kedua sepupuku, dan aku yang paling lalai sholatnya.
       Memasuki semester dua, masih kelas satu SMP, kami sekeluarga pindah ke kota Bogor. Lalu ketika menginjak kelas satu SMA, aku memberanikan diri untuk tinggal bersama keluarga Uak di Bandung. Sementara kedua orangtuaku masih menetap di Bogor. Nah, ini pun menjadi saat terpintar dalam hidupku. Mengapa demikian? Karena, bersama ketiga anak-anaknya (tentu saja anaknya sudah bertambah satu), aku terbawa arus untuk rajin belajar. Rajin sekali. Dan setiap habis sholat Maghrib pun kami harus mengaji dengan suara yang keras. Sementara Uak mendengarkan dari luar kamar. Sehingga akan terdengar siapa yang tidak mengaji. Alhamdulillah aku sudah dibekali oleh kedua orangtuaku modal penting ini. Entah bagaimana nasibku di tangan Uak apabila belum lancar mengaji. Terima kasih, Ibu & Ayahku.
       Ini sedikit kisah di bangku kelas satu SMA. Aku sebangku dengan seorang perempuan bermata sayu dan pintar, Ratna namanya. Dalam belajar kami bersaing lumayan ketat. Hingga saat pembagian  raport semester pertama, teman sebangku ku itu  mendapatkan rangking satu, sedangkan aku dengan proses belajar yang menegangkan mendapatkan rangking dua. Begitupun ketika menginjak semester kedua. Ini adalah tahun gemilang di hidupku yang tak akan terlupakan.
       Nah, selanjutnya adalah saat yang membahagiakan. Ketika menginjak kelas dua, aku berkumpul kembali bersama kedua orang tua yang akhirnya pindah juga ke Bandung. Otomatis kebebasan kembali merasuk ke dalam jiwaku. Walhasil, karena rasa takut yang semakin menumpul dan terbebas dari tuntutan nilai yang harus bagus, aku langsung mengalami degradasi rangking. Melonjak pesat keluar dari 10 besar.  It’s so dramatic. Hehe.
       Itulah sekelumit kisah tentang orang yang paling aku takuti dan telah membawa pengaruh besar dihidupku, terutama tentang pembiasaan sholat lima waktu. Jazakumullah khairan katsiiraa, Uak. Beliau pun menjadi tempat aku bertanya dan berdiskusi tentang hal apapun, terutama tentang ilmu-ilmu agama. Hanya doa yang bisa kulantunkan, saat ingatan tentangmu hadir dalam benak.
      



Siapakah Orang yang Paling Kau Takuti?

       Setiap insan dalam perjalanan hidupnya pasti memiliki tokoh panutan atau seseorang yang ditakuti, yang sanggup membawa perubahan besar dalam bersikap. Dimana dengan kehadiran orang tersebut kita rela, meski dengan terpaksa, melakukan hal apapun yang sebenarnya enggan kita lakukan. Dalam hidupku, seseorang tersebut adalah Uak atau kakak laki-laki ibu yang telah meninggal bertahun-tahun yang lalu. 
     Begini cerita singkatnya. Aku lahir dan dibesarkan di kota kecil bernama Sungai Gerong, tepatnya terletak di Provinsi Sumatera Selatan,  Palembang. Sejak kecil, saat liburan sekolah menjelang hari raya Idul Fitri, kami sekeluarga selalu mudik ke tempat kelahiran ibuku, di kota Bandung. Hingga aku duduk di kelas satu SMP tradisi mudik ini pun tetap berlangsung.
       Nah, saat mudik ini biasanya kami berkumpul di rumah nenek di sebuah gang kecil di jalan Mohammad Toha. Waktu berkumpul itulah kami bertemu dengan Uak, namanya Uak Soeroso. Itu adalah saat paling religius dalam hidupku. Karena apa? Ya, karena aku sanggup mengerjakan sholat lima waktu, tentu saja dengan penuh rasa takut, pada Uak.
       Alm. Uak adalah seseorang yang sangat keras dalam hal pendidikan agama dan pelajaran sekolah. Dan Uak pun merupakan orang yang disegani oleh lingkungan sekitar, sering dipercaya untuk menjadi khotib saat sholat Jum’at. Pantas saja. Alm. Uak memiliki dua orang anak perempuan, yang pastinya lebih berpengalaman dalam merasakan didikannya yang keras. Aku yang paling tua diantara kedua sepupuku, dan aku yang paling lalai sholatnya.
       Memasuki semester dua, masih kelas satu SMP, kami sekeluarga pindah ke kota Bogor. Lalu ketika menginjak kelas satu SMA, aku memberanikan diri untuk tinggal bersama keluarga Uak di Bandung. Sementara kedua orangtuaku masih menetap di Bogor. Nah, ini pun menjadi saat terpintar dalam hidupku. Mengapa demikian? Karena, bersama ketiga anak-anaknya (tentu saja anaknya sudah bertambah satu), aku terbawa arus untuk rajin belajar. Rajin sekali. Dan setiap habis sholat Maghrib pun kami harus mengaji dengan suara yang keras. Sementara Uak mendengarkan dari luar kamar. Sehingga akan terdengar siapa yang tidak mengaji. Alhamdulillah aku sudah dibekali oleh kedua orangtuaku modal penting ini. Entah bagaimana nasibku di tangan Uak apabila belum lancar mengaji. Terima kasih, Ibu & Ayahku.
       Ini sedikit kisah di bangku kelas satu SMA. Aku sebangku dengan seorang perempuan bermata sayu dan pintar, Ratna namanya. Dalam belajar kami bersaing lumayan ketat. Hingga saat pembagian  raport semester pertama, teman sebangku ku itu  mendapatkan rangking satu, sedangkan aku dengan proses belajar yang menegangkan mendapatkan rangking dua. Begitupun ketika menginjak semester kedua. Ini adalah tahun gemilang di hidupku yang tak akan terlupakan. 
       Nah, selanjutnya adalah saat yang membahagiakan. Ketika menginjak kelas dua, aku berkumpul kembali bersama kedua orang tua yang akhirnya pindah juga ke Bandung. Otomatis kebebasan kembali merasuk ke dalam jiwaku. Walhasil, karena rasa takut yang semakin menumpul dan terbebas dari tuntutan nilai yang harus bagus, aku langsung mengalami degradasi rangking. Melonjak pesat keluar dari 10 besar.  It’s so dramatic. Hehe.
       Itulah sekelumit kisah tentang orang yang paling aku takuti dan telah membawa pengaruh besar dihidupku, terutama tentang pembiasaan sholat lima waktu. Jazakumullah khairan katsiiraa, Uak. Beliau pun menjadi tempat aku bertanya dan berdiskusi tentang hal apapun, terutama tentang ilmu-ilmu agama. Hanya doa yang bisa kulantunkan, saat ingatan tentangmu hadir dalam benak.
      


Minggu, 21 April 2013

JAMUR KRISPI


Jamur Tiram
(Sumber Foto: Mbah Google)
      Jamur krispi adalah pilihan yang tepat untuk cemilan di sore hari. Apalagi bila kita sedang berkumpul bersama sanak saudara. Hanya dengan membeli jamur tiram sebanyak seperempat kilo, kita dapat membuat jamur krispi sebanyak dua piring besar. Hemat dan lezat.
       Cara  membuatnya mudah, yaitu:
1.   Jamur tiram disuwir-suwir.
2.   Cuci hingga bersih.
3. Rebus 500 ml air hingga mendidih, dan masukkan jamur tiram. Kemudian rebus selama 5 menit, lalu tiriskan.
3. Haluskan dua siung bawang putih dan garam secukupnya. Lalu campurkan bumbu yang telah dihaluskan dengan jamur tiram yang telah ditiriskan.
4. Masukkan satu butir telur ayam dan aduk hingga rata.
5. Siapkan terigu di dalam piring ceper secukupnya.
6. Ambil sejumput jamur tiram dan letakkan di atas piring yang telah diberi terigu. Aduk perlahan sambil dipisah-pisahkan antara satu jamur dengan jamur lainnya. Jangan sampai bergumpal. Agar ketika digoreng tidak lengket satu sama lain, sehingga akan dihasilkan jamur krispi yang renyah.
7. Goreng jamur tiram sedikit demi sedikit hingga berwarna kecoklatan.
8. Angkat dan tiriskan, lalu simpan di atas piring. Akan terasa lebih enak apabila dicocol dengan saos sambel.


Jamur Krispi

 Selamat mencoba dan menikmati cemilan renyah bersama teman atau saudara.


Senin, 15 April 2013

Gapit Isi Bumbu Kacang, Sandwich ala Cirebon

Gapit Raksasa
     Seorang teman sepulang mudik dari Cirebon, membawa oleh-oleh penganan Gapit. Yang terbayang begitu mendengar kata Gapit adalah, satu kudapan berbentuk lingkaran kecil, berwarna putih, bertekstur kotak-kotak kecil, dengan rasa yang manis. Ternyata, yang tampak tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan.    
     Gapit ini berukuran besar, dengan diameter kira-kira 10 sentimeter. Seperti gambar di samping.
Gapit yang Telah Dioles oleh Bumbu Kacang


       Nah, yang uniknya, ternyata memakannya pun ada cara tersendiri. Yaitu dengan mengoleskan bumbu kacang atau bumbu pecel instan yang sudah dicairkan terlebih dahulu dengan sedikit air panas hingga mencapai kekentalan yang diinginkan.
                                                                          Setelah dioles dengan bumbu kacang, atasnya  lalu ditutup lagi dengan selembar gapit.










      Gambar di sebelah kanan adalah setampuk gapit yang telah digigit. Rasanya hampir mirip dengan cireng isi kacang. Lezat rasanya. Sementara, rasa gapitnya sendiri bila dimakan tanpa bumbu kacang akan terasa sedikit asin. Seperti halnya bila kita memakan kerupuk melarat, yang juga kudapan khas Cirebon. Selamat memburu gapit produk Cirebon, dan selamat mencoba..
















































































Selasa, 26 Maret 2013

Catatan Perjalanan 1 (Soreang, Kabupaten Bandung - Yogyakarta, 20 - 23 Maret 2013)

Rabu, 13 Maret 2013
    Sepucuk surat datang untuk TBM Dhido dari BAPAPSI (Badan Perpustakaan, Arsip dan Pengembangan Informasi) Kabupaten Bandung. Perihal Bimbingan Teknis Perpustakaan dan Kunjungan Perpustakaan ke Taman Bacaan Masyarakat Iboekoe dan Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta. Alhamdulillah bahagia tak terkira. Sebut saja, rezeki nomplok di siang bolong. Langsung terbayang proses perizinan yang sulit dengan anak-anak. Dua rasa yang berkecamuk, bahagia dan tidak tega harus meninggalkan mereka.

Hotel Antik, Soreang, Rabu, 20 Maret 2013
      Setelah berhasil melewati perundingan alot dengan anak-anak, akhirnya berhasil juga membujuk mereka untuk mengikhlaskan kepergian saya. Meski dengan satu syarat, sebuah janji yang harus ditepati sepulang dari Yogyakarta nanti. Saat check in di Hotel Antik  jam 12.00 WIB, anak-anak pun turut mengantar. Mereka sangat menikmati fasilitas kamar hotel dengan nomor 109 yang saya tempati bersama  Ibu Nunung, seorang Ibu Lurah dari salah satu desa di Kecamatan Rancaekek.
    Dengan menenteng sebuah tas abu-abu berisi binder, pulpen, dan materi pelatihan, saya memasuki ruangan tempat Bimtek dilaksanakan. Dan segera terdengar pula suara merdu berkumandang, dari seorang relawan Sudut Baca Soreang, bernama Windi Almeta.
     Acara dimulai dengan pemberian materi pertama oleh Pak Agus Munawar, berjudul Berbagai Metode Penyuluhan Kampanye Budaya Baca. Di tengah pemberian materi, diselingi oleh pembukaan acara Bimtek oleh Kepala Bapapsi, Bapak Diar Irwana, SH. Hal ini terjadi karena keterlambatan beliau yang disebabkan oleh sesuatu dan lain hal. Lalu berlanjut ke materi terakhir, yaitu Rancangan Program Kerja 2013 Relawan TIK Kab. Bandung yang disampaikan oleh Kang Nurfajar Muharom.

      Bimtek hari pertama selesai pukul sembilan malam. Dilanjutkan dengan istirahat, karena keesokan harinya semua peserta akan memulai perjalanan field trip ke kota Yogyakarta.

Kamis, 21 Maret 201. Perjalanan dimulai..
    Kami memulai perjalanan sekitar pukul delapan pagi dengan mengendarai bis Pakar Utama 8 sebanyak dua bis. Rombongan ini dipandu oleh sebuah Event Organizer, Lintas Cakrawala dengan Tour Guide nya bernama Pak Yoyok.
    Setelah melewati perjalanan panjang sekitar 14 jam, dengan beberapa kali berhenti untuk makan siang, sholat, dan makan malam. Kami tiba di Hotel Abadi Yogyakarta, pukul 22.00 WIB. Semua peserta langsung check in dan memasuki kamar yang ditempati oleh tiga orang.
    Malam pertama di Yogyakarta sangat mengesankan, dengan fasilitas yang memuaskan ditambah dengan kehadiran dua orang teman yang menyenangkan (teh Elis dan Windi, keduanya merupakan  relawan Sudut Baca Soreang).

Jum’at, 22 Maret 2013. Mereka sebut itu sebagai Kunjungan Dinas..
    Setelah malamnya mendapat penerangan dari Tour Guide, tentang morning call dan sarapan di hotel mulai pukul enam, kami pun dengan sigap bersiap sepagi mungkin.
    Pukul 09.00 WIB Kami meluncur ke Perpustakaan Daerah Yogyakarta. Disambut dengan pemotretan selamat datang oleh beberapa orang fotografer. Tampak pemandangan menarik yang disuguhkan disana. Mulai dari Cafenet di halaman luar, bank buku di depan pintu masuk perpustakaan, hingga pojok Blind Corner, yang disediakan khusus bagi penyandang tuna netra. 


    Acara dibuka oleh Kepala Bapusipda Yogyakarta, Ibu Sri Adianti. Lalu berlanjut dengan dialog dan tanya jawab antara peserta dan pengelola perpustakaan tersebut. Banyak program atraktif yang mereka tawarkan dengan konsepnya Perpustakaan yang Dinamis.    
Diantara program-programnya adalah:
1.    Diskusi buku sebulan sekali.
2.    Diskusi komunitas, dimana setiap komunitas yang ada difasilitasi untuk berdiskusi tentang segala hal yang berkaitan dengan komunitas mereka.
3.    Lomba bercerita siswa SD.
4.    Liburan di Perpustakaan Kota.
5.    Asyiknya membuat film (story board, editing, dll).
6.    Gladhen Basa Jawa (dimana sasaran program ini adalah aparat kelurahan, sehingga diharapkan dalam memberi sambutan-sambutan pun dapat menggunakan bahasa Jawa).
7.    Berhari minggu di Perpustakaan kota
8.    Sosialisasi Bansos TBM.
9.    Ramadhan di Perpustakaan Kota.
10.    Forkom (dimana Perpustakaan Kota, Kabupaten, dan Provinsi saling sharing).
11.    Bank buku Jogja, yang merupakan satu-satunya yang ada di Indonesia. Program ini telah berjalan selama dua tahun.
12.    Bulan Buku Jogja.
13.    Kunjungan dari sekolah-sekolah.
14.    Jogja night reading (khusus hari Sabtu dan Minggu dimana perpustakaan tutup jam 8 malam).
Sungguh merupakan proses kreatif yang sangat cerdas, karena selain lokasi yang strategis dekat dengan Kampus UGM, mereka pun sanggup menarik masyarakat banyak dari segala umur untuk datang berkunjung dan beraktifitas di Perpustakaan tersebut.


      Setelah memberikan cinderamata, perjalanan pun berlanjut ke TBM Gelaran Iboekoe, bertempat di Jalan Patehan Wetan No. 3 Alkid, Yogyakarta, dimana pemiliknya adalah Muhidin M Dahlan yang kerap dipanggil Gus Muh. Di TBM ini kami melihat sebuah tempat sederhana yang memiliki banyak sekali koleksi buku, dengan interior yang unik. Juga ada sebuah studio radio. Yang unik dari TBM Iboekoe adalah konsep pengelompokkan buku-buku yang berdasarkan Sumpah Pemuda. Ada kelompok Tanah Air, yaitu buku – buku khusus tentang teritori. Kelompok Bahasa, yaitu tentang sastra, novel dan ilmu linguistik. Juga ada kelompok bangsa, yaitu tentang sejarah dan biografi. Juga banyak keranjang berisi buku anak-anak.


     Malam harinya diadakan evaluasi tentang kunjungan hari itu. Selain permainan Dinamika Kelompok yang dipimpin oleh Kang Agus Irham, seluruh peserta pun berdiskusi tentang kesan, pesan, serta harapan-harapan ke depan yang akan diterapkan di Taman Bacaan Masyarakat atau Perpustakaan di lingkungan masing-masing. Setelah acara selesai, saya bersama beberapa teman, menikmati suasana malam dengan berjalan kaki sembari memotret beberapa lokasi di sepanjang jalan Malioboro.


Sabtu, 23 Maret 2013. Akhir Perjalanan..
    Setelah sarapan, semua peserta diberi kesempatan untuk menikmati suasana Kota Yogyakarta. Ada yang berbelanja, berkunjung ke Kraton Yogyakarta, ke Museum Benteng Vredeburg atau hanya sekedar berkeliling saja dengan duduk manis di atas becak.
    Jam sebelas kami check out dari hotel, lalu melanjutkan perjalanan ke toko batik Gunawan dan makan siang di Rumah Makan Orang Utan. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Candi Borobudur sekitar 15 menit.
    Sebelum memasuki Candi Borobudur kami terlebih dahulu harus memakai sarung yang telah disediakan di pintu masuk. Ini disebut sebagai sarungisasi. Pemandangan di Candi Borobudur sangat indah, ditambah dengan jajaran gunung di kejauhan, gumpalan awan yang tampak sangat memukau. Hanya satu setengah jam saja kami menikmati suasana Candi Borobudur. Pukul 17.30 WIB kami harus melanjutkan perjalanan pulang. Sampai di Bandung, yaitu sekitar pukul 06.30 WIB.

    Semoga perjalanan berharga yang telah dilewati, dapat menjadi motivasi untuk selalu melakukan yang terbaik, demi mengkampanyekan semangat membaca di lingkungan sekitar, hingga dapat meningkatkan kecerdasan diri dan masyarakat. Aamiin..

Sabtu, 02 Februari 2013

CREAMY CHOCO PIE

            Resep ini didapat dari Chef Barra Patiradjawane sewaktu masih mengisi acara Gula-Gula di salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia.

Yuk mari Ibu, Teteh, Om, Tante, siapapun yang ingin menyediakan cemilan berbobot di meja makan, silahkan dicatat dan diamalkan.

Bahan-bahan yang digunakan adalah:

*      200 g marie. Masukkan marie ke dalam kantong plastik tebal lalu diroll memakai roller/botol sampai halus.
*      120 g mentega dicairkan

              Campur marie yang telah halus dengan mentega cair, uleni hingga tercampur dengan rata.
              Lalu tekan-tekan di dasar pyrex atau loyang. Adonan ini berfungsi sebagai alas.

*      100 g mentega
*      200 g coklat pekat

Steam kedua bahan di atas (masukkan mentega&coklat dalam wadah yang dipanaskan di atas air, dan jangan sampai air mendidih), lalu tambahkan 40 g coklat bubuk, aduk terus sampai tercampur rata.

*      6 buah telur
*      150 g gula pasir

Kocok telur dan gula dengan kecepatan tinggi hingga adonan menjadi kental. Kemudian masukkan juga lelehan coklat tadi.

*      Vanilla essence secukupnya
*   Susu Evaporasi (Susu ini tidak sama dengan susu beruang. Dahulu ada Carnation cair, namun sekarang sudah tidak ada lagi. Jadi yang dipakai adalah susu evaporasi merk F&N. Informasi dari penjual bahan-bahan kue, susu evaporasi bisa juga diganti dengan susu ultra atau susu kpbs. Silahkan mencoba bila mengalami kesulitan dalam menemukan susu evaporasi).

Kemudian masukkan vanilla essence secukupnya ke dalam adonan. Lalu masukkan juga susu evaporasi.

Kemudian tuang adonan yang telah siap ke dalam pyrex atau loyang. Panggang dalam oven dengan suhu 160-165oC, selama 50 hingga 60 menit .

Setelah matang kita dapat menghias bagian atasnya dengan coklat parut ataupun gula halus.

Selamat mencoba dan menikmati..           
                                                                                  
   
Adonan marie dan mentega sebagai dasar pyrex






Senin, 07 Januari 2013

Pagi di Januari

dedaunan basah
terdiam menerima takdir waktu
pancarkan ketenangan yang memabukkan
rerintik pun masih menerpa wajah tengadahnya
berpasrah

seperti peristiwa menggilas jalan hidup
bersama irama gelombang 
sirnalah gelisah jiwa 
selama asma-Nya bersemayam di hati