Senin, 16 Juni 2014

RAHASIA MEMPERBAIKI PUISI



          Rahasia memperbaiki penulisan sebuah puisi harus terus dirumuskan oleh seorang penyair. Karena dengan rumusan rahasia tersebut, seorang penyair dapat terus meningkatkan kualitas puisinya. Terus bertahap dari satu puisi ke puisi selanjutnya. Dari satu pengayaan makna ke pengayaan berikutnya. Dan seorang penyair, akan terus bereksplorasi terhadap semesta diri dan atmosfer lingkungannya.

Bagaimana Cara Memeras Sari Semesta
            Mengasyikkan memang membicarakan tentang aura kehidupan. Kaya rasa, kaya makna, namun kerap lesap begitu saja bersama gerusan waktu. Nah, bagaimanakah caranya agar rasa yang mendera menjadi sebuah karya? Berikut ini pemaparannya.
1.      Menyasar muasal inspirasi
Kita tidak akan pernah kehabisan inspirasi, asalkan Kita mau menciptakannya, menangkap sebuah momen yang menggetarkan, atau membangun imajinasi dalam benak. Perkayalah imajinasi dengan pengetahuan yang luas. Agar tulisan Kita tidak kering informasi, dan tetap kaya makna. Sehingga kita akan menghasilkan tulisan yang bernas.
2.      Mengalirkannya dalam kalimat
Setelah kita berhasil menggetarkan inspirasi dalam hati dan benak, lalu kita menyalurkan getaran tersebut ke dalam lembaran kertas, note smartphone, kertas tisu, atau media apa pun. Agar momen terebut tidak luruh bersama lipatan waktu.
3.      Memeram tulisan dalam sangkar emas
Selanjutnya, bersabarlah untuk memeram tulisan kita beberapa saat, dalam hitungan menit, jam, hari, minggu, bahkan berbulan-bulan. Hal ini dilakukan demi mendapatkan hasil yang lebih memuaskan. Karena setelah berjarak dengan tulisan, saat emosi telah lesap, Kita dapat lebih sensitif merasakan tulisan Kita dan melakukan perbaikan untuk hal yang dianggap masih kurang sempurna. Sehingga besar kemungkinan Kita akan menghasilkan puisi-puisi indah yang menggetarkan hati para pembaca, serta memunculkan empati massal.
4.      Menyaring tulisan
Dalam menulis sebuah puisi, salah mengetik sebuah huruf adalah ketidaksempurnaan lahiriah puisi tersebut. Sehingga dapat mencederai pengalaman batin yang semestinya merasuk tanpa jeda. Mengedit tulisan adalah serupa oksigen dalam kehidupan.
5.      Puisi layaknya spora jamur
Setelah kita meniupkan ruh ketulusan pada tulisan kita, selayaknya kita memublikasikan tulisan tersebut. Agar nyawa yang dimilikinya dapat menyatu, terus mengalir dan menggetarkan hati para pembaca. Namun, jangan pula melupakan busur panah yang kita gunakan, agar mengatasnamakan rasa suka terhadap puisi, bukan semata mengejar keuntungan atau rupiah.
6.      Keabadian
Seperti kasih sayang seorang Ibu, kehadiran sebuah puisi adalah sepanjang jalan. Menurut Cecep Syamsul Hari, pada umumnya, satu orang penyair, hanya memiliki sebuah puisi yang paling berkesan di hati pembaca.

Do and Don’t dalam Menulis Puisi
-          Do
1.      Menjauhkan diri dari penggunaan bahasa klise agar isi tulisan menjadi hidup, dan menyatu dengan tubuh penulis.
2.      Menyuguhkan pengalaman-pengalaman penulis dalam kemasan kalimat bermakna.
3.      Melakukan riset untuk memperkaya sudut pandang terhadap suatu hal yang menarik perhatian.
4.      Sebuah karya terlahir dari embrio keresahan atau sebuah pengalaman puitik. 
5.         Sebuah puisi mengandung makna yang berlapis-lapis, yang akan mengelupas seiring tingkat kedewasaan setiap pembaca. 
 6.        Memperbanyak koleksi kosakata.

-          - Don’t 
                 1.      Terlalu asyik menggunakan kata bersayap, sehingga kata-kata kehilangan makna. 
                 2.       Kita menganggap tulisan sebagai tong sampah, yang menampung segala sumpah serapah hati.
           
            Demikianlah beberapa rahasia dalam memperbaiki puisi, agar para pembaca dapat lebih mendapatkan rasa saat membaca puisi dan menjadi gelisah dalam memaknainya.

1 komentar: