Rahasia memperbaiki penulisan sebuah puisi harus terus dirumuskan
oleh seorang penyair. Karena dengan rumusan rahasia tersebut, seorang penyair dapat
terus meningkatkan kualitas puisinya. Terus bertahap dari satu puisi ke puisi
selanjutnya. Dari satu pengayaan makna ke pengayaan berikutnya. Dan seorang penyair,
akan terus bereksplorasi terhadap semesta diri dan atmosfer lingkungannya.
Bagaimana Cara
Memeras Sari Semesta
Mengasyikkan
memang membicarakan tentang aura kehidupan. Kaya rasa, kaya makna, namun kerap
lesap begitu saja bersama gerusan waktu. Nah, bagaimanakah caranya agar rasa
yang mendera menjadi sebuah karya? Berikut ini pemaparannya.
1.
Menyasar muasal inspirasi
Kita tidak akan pernah kehabisan inspirasi, asalkan Kita mau
menciptakannya, menangkap sebuah momen yang menggetarkan, atau membangun
imajinasi dalam benak. Perkayalah imajinasi dengan pengetahuan yang luas. Agar tulisan
Kita tidak kering informasi, dan tetap kaya makna. Sehingga kita akan menghasilkan
tulisan yang bernas.
2.
Mengalirkannya dalam kalimat
Setelah kita berhasil menggetarkan inspirasi dalam hati dan benak, lalu
kita menyalurkan getaran tersebut ke dalam lembaran kertas, note smartphone,
kertas tisu, atau media apa pun. Agar momen terebut tidak luruh bersama lipatan
waktu.
3.
Memeram tulisan dalam sangkar emas
Selanjutnya, bersabarlah untuk memeram tulisan kita beberapa saat, dalam
hitungan menit, jam, hari, minggu, bahkan berbulan-bulan. Hal ini dilakukan
demi mendapatkan hasil yang lebih memuaskan. Karena setelah berjarak dengan
tulisan, saat emosi telah lesap, Kita dapat lebih sensitif merasakan tulisan Kita
dan melakukan perbaikan untuk hal yang dianggap masih kurang sempurna. Sehingga
besar kemungkinan Kita akan menghasilkan puisi-puisi indah yang menggetarkan
hati para pembaca, serta memunculkan empati massal.
4.
Menyaring tulisan
Dalam menulis sebuah puisi, salah mengetik sebuah huruf adalah
ketidaksempurnaan lahiriah puisi tersebut. Sehingga dapat mencederai pengalaman
batin yang semestinya merasuk tanpa jeda. Mengedit tulisan adalah serupa oksigen
dalam kehidupan.
5.
Puisi layaknya spora jamur
Setelah kita meniupkan ruh ketulusan pada tulisan kita, selayaknya kita
memublikasikan tulisan tersebut. Agar nyawa yang dimilikinya dapat menyatu, terus
mengalir dan menggetarkan hati para pembaca. Namun, jangan pula melupakan busur
panah yang kita gunakan, agar mengatasnamakan rasa suka terhadap puisi, bukan
semata mengejar keuntungan atau rupiah.
6.
Keabadian
Seperti kasih sayang seorang Ibu, kehadiran sebuah puisi adalah sepanjang
jalan. Menurut Cecep Syamsul Hari, pada umumnya, satu orang penyair, hanya memiliki
sebuah puisi yang paling berkesan di hati pembaca.
Do and Don’t dalam
Menulis Puisi
-
Do
1.
Menjauhkan diri dari penggunaan bahasa klise
agar isi tulisan menjadi hidup, dan menyatu dengan tubuh penulis.
2.
Menyuguhkan pengalaman-pengalaman penulis dalam
kemasan kalimat bermakna.
3.
Melakukan riset untuk memperkaya sudut pandang
terhadap suatu hal yang menarik perhatian.
4.
Sebuah karya terlahir dari embrio keresahan atau
sebuah pengalaman puitik.
5.
Sebuah puisi mengandung makna yang
berlapis-lapis, yang akan mengelupas seiring tingkat kedewasaan setiap pembaca.
6.
Memperbanyak koleksi kosakata.
-
Don’t
1.
Terlalu asyik menggunakan kata bersayap,
sehingga kata-kata kehilangan makna.
2.
Kita menganggap tulisan sebagai tong sampah, yang
menampung segala sumpah serapah hati.
Demikianlah
beberapa rahasia dalam memperbaiki puisi, agar para pembaca dapat lebih mendapatkan
rasa saat membaca puisi Kita dan menjadi gelisah dalam memaknainya.