Sabtu, 04 Juni 2011

RESUME WORKSHOP MUSIKALISASI PUISI dan SEDIKIT BUMBU DISANA SINI

by Dhini Aprilio on Wednesday, June 1, 2011 at 7:45pm

Cerita Sedikit

            Selamat pagi, siang, sore, malam, Teman-teman. Izin share tulisan ya. Ini adalah hasil resume dari kegiatan Workshop Musikalisasi Puisi, yang saya ikuti pada tanggal 29 Juni 2011, bertempat di gedung Common Room, Bandung. Saya baru pertama kali mengikuti acara yang seperti ini. Menurut pendapat saya, acara ini sangat berbau sastra dan merupakan pengalaman yang pertama. Jujur, berkenalan dengan puisi pun baru setahun ini. Itu pun hanya berdasarkan curahan isi hati, ataupun dari melihat kejadian di sekitar. Tanpa ilmu atau teori sastra yang pasti tak terhitung banyaknya. Tapi namanya juga usaha, boleh-boleh saja kan ya? J

            Pertama kali berkenalan dengan dunia tulis menulis tepatnya bulan April tahun 2010 ketika mengikuti sebuah kursus 3 Jam Bisa Menulis untuk Ibu-ibu, di kota Bandung. Dan saat itu pun saya baru berkenalan dengan facebook. Jadi merupakan sarana yang tepat untuk latihan menulis bagi pemula. Awalnya saya tertarik pada puisi karena membaca status teman-teman yang ada di jejaring sosial tersebut. Meski sebenarnya saya sudah tertarik dengan puisi sejak zaman kuliah dulu. Tapi itu pun hanya sebatas puisi sederhana saja. Bukan Kahlil Gibran, Jalaluddin Rumi  ataupun penyair-penyair ternama lainnya. Ketertarikan saya hanya sebatas mengagumi bait-bait indah yang dihasilkan dari untaian kata-kata. Saya menganggapnya hal yang ajaib, dan dapat melihat kecerdasan seseorang dari kata-kata yang terangkai itu. Tapi itu dulu, sekarang saya tidak akan menilai tulisan seseorang berdasarkan apapun. Saya hanya merasakan ruh tulisan yang dapat dirasa, mencernanya dan menjadikannya warna di kehidupan.

Puisi dan Musik

            Kembali ke masa sekarang, tentang kegiatan workshop yang telah saya ikuti. Terus terang saya sangat bersemangat ketika akan mengikuti acara tersebut. Sehingga tidak sabar menunggu waktu segera bergulir ke hari Minggu itu. Tetapi ketika hadir di tempat itu, saya sangat kaget dan merasa takut. Karena disana tidak ada ibu-ibu yang selama ini telah akrab dengan kehidupan saya. Hanya ada laki-laki, lebih tepatnya manusia-manusia bergaya seniman. Rambut awir-awir, baju hitam, dan asap rokok yang berseliweran. Tapi setelah mendengar alunan musik dari para musisi Tegal dimainkan, akhirnya saya pun mulai lumer dan sangat  menikmati suasana, apalagi ketika ada teman-teman perempuan lain yang mulai berdatangan.          Setelah workshop dibuka oleh Kelompok Musik Sastra Warung Tegal (KMSWT), acara pun dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh Kang Ferry Curtis. Beliau adalah musisi dari kota Bandung, yang telah lama berkecimpung dalam dunia musikalisasi puisi. Beliau telah mengeluarkan tiga album musikalisasi, dan sebentar lagi akan mengeluarkan satu album terbaru dengan salah satu judul Perempuan Masa Lalu. Sangat bagus liriknya dan sangat asik mendengarkan musiknya. Menyentuh, sehingga dapat mempengaruhi emosi peserta. Ya, disitulah kelebihan dari musikalisasi puisi. Puisi yang sebenarnya telah indah dan memiliki musik tersendiri, diperkaya lagi dengan iringan musik yang selaras dengan isi puisi tersebut. Sehingga membawa pengaruh yang luar biasa, sangat indah.

            Menurut teori yang telah saya dapatkan, musikalisasi adalah upaya untuk memasukkan unsur-unsur musik (melodi, irama/ritme, harmoni, yang diwujudkan dalam bentuk lembaran musik atau partitur) secara dominan. (Supratman Abdul Rani dkk, dalam makalah yang disampaikan oleh Ferry Curtis). Hal ini dimaksudkan agar dapat mengkomunikasikan isi puisi kepada apresian dengan baik, sehingga lebih mudah dimengerti dan dipahami. Karena pada umumnya masyarakat akan lebih cepat akrab dengan syair-syair dari puisi itu karena terbantu oleh nada-nada. (Ferry Curtis, 2011).  Hal ini pun dimaksudkan untuk membuka wawasan bagi apresian agar dapat mengapresiasi puisi dengan berbagai cara. Karena sebenarnya puisi itu sangat kaya akan makna. Misalnya saja selain dengan musik, puisi pun dapat diterjemahkan ke dalam bentuk lukisan, ataupun teaterikal. Itu semua tergantung dari imajinasi apresian. Selain itu musikalisasi puisi juga merupakan salah satu alternatif teknik penyajian puisi dalam pembelajaran sastra.

           Dan ternyata tidak semua puisi dapat dimelodisasi (menggunakan notasi). Misalnya puisi yang merupakan pidato atau percakapan. Sedangkan apabila puisi terdiri dari bait-bait dengan jumlah baris yang berpola, maka akan memudahkan komposer (penyusun musik) untuk membagi-bagi ke dalam pola birama tertentu. (Rene Wellek dalam Teori Kesusastraan). Kemudian dalam penggunaan tangganada minor pada umumnya dipakai untuk puisi-puisi atau lagu yang berjiwa melankolis, sendu, sedih, duka, pesimistis. Sedangkan lagu-lagu yang menggunakan tangga nada mayor kebanyakan bersemangat, optimistis, dan riang. (Metode Alternatif Pembelajaran Apresiasi Puisi, Yonas Suharyono, S.Pd,MM.Pd).

          Timbul pertanyaan, apakah pembacaan puisi yang diiringi oleh alat musik gitar, piano, ataupun alat musik ritmik lainnya termasuk musikalisasi? Menurut Kang Ferry Curtis, hal itu memang termasuk musikalisasi. Meski pada kenyataannya telah banyak musikalisasi yang berupa melodisasi puisi, yaitu merupakan kegiatan menyanyikan puisi total dengan memberi melodi, pola ritme, pemilihan jenis tangga nada, hingga pemberian rambu-rambu dinamik dan ekspresi pada puisi tertentu. (Metode Alternatif Pembelajaran Apresiasi Puisi, Yonas Suharyono, S.Pd,MM.Pd).

           Sesungguhnya apabila diperhatikan, tanpa dimusikalisasi pun puisi itu sudah memiliki musik tersendiri, dimana puisi terdiri dari unsur-unsur:
  1. Adanya diksi dan pemilihan bahasa (mencakup majas dan gaya bahasa).
Tetapi disini tidak akan dipaparkan secara detil. Hanya sepintas saja. Diksi, yaitu pemilihan kata yang secermat mungkin sehingga dapat mewakili maksud terselubung yang ingin disampaikan. Dengan adanya diksi pun dapat memperkaya kosakata para apresian. Meski terkadang hal ini dapat menjadikan puisi sebagai bahasa tulis yang memiliki tafsir makna beraneka ragam (Handoko F. Zainsam, Bermain dengan Puisi, dalam makalah yang disampaikan pada Pelatihan Menulis Puisi di “Rumah Pena”).

2. Memiliki kaidah estetika atau keindahan
Dimana pusi merupakan karya tulis yang memiliki berbagai konsep keindahan yang abstrak atau konkret. Sehingga melibatkan imaji para apresian untuk dapat merasakan makna yang tersirat dari puisi itu, sehingga dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan. Sedangkan maksud keindahan konkret yaitu. adanya efek bunyi dan bentuk dari tulisan puisi (tipografi). Seperti adanya kekuatan dari rima (persamaan bunyi di awal, tengah dan akhir baris puisi), ritme (tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi), dan metrum (pergantian naik turun suara secara teratur, lebih terasa ketika dideklamasikan). (Handoko F. Zainsam)

3. Ada pesan yang ingin disampaikan oleh penyair.
Baik itu tentang harapan, ungkapan perasaan, pesan, pemikiran penyair dengan melihat realita kehidupan. Cara penyair dalam mengungkapkan tema dan rasa juga berkaitan erat dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair itu sendiri (Sinyo Manteman, seperti ditulis dalam UPIL (Urusan rumPi ILmu) Puisi dengan Gayamu Season III: Unsur Dalam Puisi dan Majas)

Hal-hal tersebut diataslah yang menyebabkan puisi pun secara kodrati telah memiliki musik.  Puisi telah hadir dengan keindahan dalam wujudnya yang tunggal. Perbedaannya hanya terletak pada materi dasar pembentukan musik itu. Jika musik pada puisi dibentuk oleh kata dan komposisi kata, maka musik pada lagu dibentuk oleh nada dan melodi
Setelah memahami apa itu musikalisasi, pasti akan timbul pertanyaan lagi tentang bagaimana proses musikalisasi itu. Yang penting untuk diketahui pertama kali adalah, bahwa sang penyair harus menguasai cara memainkan alat musik yang akan dipakai. Baik itu gitar, piano, harmonika, biola, kecapi ataupun karinding. Kemudian memahami isi puisi dengan unsur-unsur pembentuknya. Sehingga dengan memahami secara baik isi puisi, seorang pemusikalisasi puisi tidak hanya sekedar memberi warna musik/ irama pada puisi yang dimusikalisasinya, tetapi juga dapat menampilkan ruh puisi itu secara utuh. (Ferry Curtis, 2011).

         Keberhasilan musikalisasi puisi pun dapat terlihat dari:
  1. Penafsiran sang komponis terhadap puisi yang digarapnya.
  2. Keberhasilan sang komponis dalam menggali dan menampilkan segala unsur musikalitas yang terdapat dalam puisi.
  3. Kemampuan sang komponis dalam mengimbangi kelemahan isi puisi, lewat pengisian unsur musikalitas yang diberikannya. Sehingga dapat membangkitakan daya tarik, daya ungkap, dan daya sentuh pada puisi yang digarapnya.
          Sedangkan langkah-langkah musikalisasi untuk pemula, yaitu:
  1. Memilih puisi yang dapat dimengerti.
  2. Memilih puisi dengan bait-bait yang sudah tersusun, dan memiliki bait yang  pendek (satu sampai tiga bait).
  3.  Mengaransemen melodi yang mudah dimainkan dan didengarkan.
  4. Membuat refrain yang berulang-ulang dan mudah dilagukan.
  5. Terus berlatih sampai Anda sendiri merasa tersentuh.
(Ferry Curtis, 2011).

           Pada kenyataannya musikalisasi ini masih menjadi pro dan kontra diantara para pakar. Sebaiknya kita lebih bijaksana dalam langkah-langkah memusikalisasikan sebuah puisi. Jangan sampai memaksakan totalitas puisi menjadi lagu, jika memang dapat merusak, bahkan menghancurkan puisi itu sendiri. (Raidu Sajjid 07.06.2008). 

            Demikianlah teman-teman yang dapat saya uraikan. Terima kasih atas perhatiannya dan semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar