Kamis, 19 Mei 2011

Cicak-cicak Itu

by Dhini Aprilio on Saturday, October 23, 2010 at 4:54am
 
Di suatu malam, ketika sedang asyik masyuk melipat baju-baju yang telah terpanggang matahari,
Zhafran, 7 tahun, sedikit berteriak.."Bunda, itu liat cicaknya kenapa?".
Langsung perhatianku beralih pada dua ekor cicak yang sedang jungkir balik di panggung eternit dalam sorotan lampu 25 watt.
*Oh, no! * kataku dalam hati. *Berpikir sebagai manusia dewasa*. Kulihat seekor cicak sedang menggigit-gigit ekor temannya. Entah mana yang jantan atau betina *kurang  paham. karena tidak tergambar dalam buku biologi sma ku di halaman 127 terbitan Erlangga*.
Dengan pikiran berkecamuk dan salah tingkah kujelaskan pada Zhafran, -dengan cicak yang tidak juga menghentikan aktifitasnya walaupun menyadari kalau ada raksasa di bawah umur sedang menyaksikan perbuatan mereka-, "Oooh..itu lagi berantem mungkin", kataku sambil mengusir 'mereka' setengah hati. *takut pamali. :)*
Tapi mungkin mereka memang sedang lupa daratan, sehingga mengabaikan kehadiranku sebagai satpol pp. *hhhmmmm..gimana nih*.
Eh..bukannya segera insyaf, mereka malah semakin merapat. Dan mungkin karena menyadari kalau ekor temannya bau', si cicak satu langsung memindahkan moncongnya pada tempat yang menurutnya agak harum *mungkin*. leher. *wadduh. harus diberi peringatan keras ini mah* Langsung dengan semangat memberantas kekurangsopanan kuambil buluh sebatang..eh..sebuah baju yang telah terlipat sangat rapi. dan.."Whooaaaaaaa..." kuusir tanpa ragu. sebelum terjadi hal-hal yang mereka inginkan di depan mata seorang anak kecil. Karena  bingung harus ngomong apa. Dan kocar kacirlah mereka tanpa sempat mengucapkan salam perpisahan. kemudian terdengarlah lolongan tangis dari cicak betina. *mmm..betina memang lebai* Dan cicak jantan *sepertinya* karena emosi yang meluap padaku, mengeluarkan satu jurus andalan dengan melepaskan bom atom hitam putihnya yang sangat tersohor itu. *Eits..ngga' kena we' :p*  "hhmm..berhasil." *sambil mengusap peluh di ujung hidung*. Tapi namanya anak kecil memang selalu penasaran. Zhafran bertanya lagi,"Itu tadi kenapa cicaknya?".
"Mmm..mm masih berantem. Biar ekor temennya copot," kataku salah tingkah. *Sudah dong, Zhaf*. Masih dg  penasaran yang bertubi-tubi, Zhaf nanya lagi,"Tapi tadi ko'  lehernya digigit?" -sambil mempraktekkan dengan tangannya yang memegang leher-  *damn! kecolongan satu adegan* "Iya. Cicak juga buntutnya bisa copot loh kalau dicakar kucing..." -langsung aku alihkan dengan ceramah ilmiah tentang proses pelepasan ekor cicak bila dalam keadaan terancam. autotom i?-.. setelah puas dengan jawaban ibunya, Zhafran pun langsung melanjutkan aktifitasnya yang sempat tertunda oleh sebuah pengetahuan baru. dan bunda pun senyum-senyum sendiri sambil memikirkan jawaban apa yang sebaiknya diberikan. :) *anak-anak memang sering membuat orangtua salah tingkah dan mati kutu dengan kepolosannya*



Tidak ada komentar:

Posting Komentar