by Dhini Aprilio on Tuesday, December 28, 2010 at 2:59am
dalam satu tepukan, boom!
debu-debu pun beterbangan di sekitar jarak pandang
begitupun imaji dalam lingkup ruang kepala
selalu dibuyarkan oleh sebuah cerita realita
tak ada ampun untuk sebait lamunan semu
meski hanya sebuah angan yang menggigit dan membakar
terlalu sakral irama hidup ini
bergejolak, menabrak karang-karang yang membatu
kembali polah mengacaukan peta kehidupan
yang berayun bersama ombak menerjang pantai
hingga riaknya membius dengan aduhai
tapi bukan suatu keniscayaan
karena, Engkau pun bersumpah demi cahaya merah di waktu senja,
dan dengan malam dan apa yang diselubunginya, dan dengan bulan apabila jadi purnama, sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat dalam kehidupan (QS 84: 16-19)
wajarkah bila selalu ada seonggok tanya menggerogoti pada ujung nyala pijar?
masih tak dapat menemukan jawabnya
hanya tumpukan gundah yang semakin membuncah
entah sampai kapan
belum membaja tekad ‘tuk menghalau peran sang penabuh waktu
yang bertekuk lutut di haribaan
berputar kemana arahnya sekarang?
terlalu parau tuk bersuara
lemah dan rapuh, begitu mudah terperenyak
terbuai dalam denting kuas permainan sayap kata
(028001200010..03.45)
debu-debu pun beterbangan di sekitar jarak pandang
begitupun imaji dalam lingkup ruang kepala
selalu dibuyarkan oleh sebuah cerita realita
tak ada ampun untuk sebait lamunan semu
meski hanya sebuah angan yang menggigit dan membakar
terlalu sakral irama hidup ini
bergejolak, menabrak karang-karang yang membatu
kembali polah mengacaukan peta kehidupan
yang berayun bersama ombak menerjang pantai
hingga riaknya membius dengan aduhai
tapi bukan suatu keniscayaan
karena, Engkau pun bersumpah demi cahaya merah di waktu senja,
dan dengan malam dan apa yang diselubunginya, dan dengan bulan apabila jadi purnama, sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat dalam kehidupan (QS 84: 16-19)
wajarkah bila selalu ada seonggok tanya menggerogoti pada ujung nyala pijar?
masih tak dapat menemukan jawabnya
hanya tumpukan gundah yang semakin membuncah
entah sampai kapan
belum membaja tekad ‘tuk menghalau peran sang penabuh waktu
yang bertekuk lutut di haribaan
berputar kemana arahnya sekarang?
terlalu parau tuk bersuara
lemah dan rapuh, begitu mudah terperenyak
terbuai dalam denting kuas permainan sayap kata
(028001200010..03.45)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar