by Dhini Aprilio on Monday, July 5, 2010 at 1:34am
" Aku ingin pergi," kataku pada kelam yang menyapa.
" Ada apa gerangan , duhai Jiwa?"
" Entah. Aku merasa terhempas. Tak berdaya menghalau onggokan kabut putih ini."
" Mungkin enggan yang menghalangi langkahmu. Bukan putihnya kabut. Tapi taman-taman hatimu yang mengering."
" Bagaimana mungkin? Aku baik-baik saja. Aku menikmati seluruh impuls yang merasuk meluruh ke dalam tiap sel tubuhku."
" Tapi coba lihat ke sudut ruang itu. Bila kau buka sekatnya akan tampak labirin yang memusingkan."
" Benarkah? Harus bagaimana aku?"
" Masuklah kedalamnya dan urailah labirin indahmu yang kusut masai. Meski dia tetap memusingkan setidaknya kau telah menatanya."
" Ah."
" Hai, Jiwa. Kenapa kau tampak enggan?"
" ...! Mungkin aku akan terperosok ke dalam jurang yang tertutup rapi dalam labirin itu."
" Tidak. Mustahil terjadi."
" Ku tak akan sanggup. Lebih baik aku kembali saja."
" Hentikan! Bila kau kembali kau akan menemukan labirin itu semakin mengikatmu."
" Biarlah. Akan kuhancurkan saja. Aku benci, muak! Aku nista diperdaya oleh ruang pusing itu."
" Jiwa,.. tenangkanlah deru nafasmu, hiruplah oksigen kebebasan dari cakrawala, dan cucilah darahmu yang menghitam dengan mengagungkan asma-Nya. Jangan pernah gantikan ia dengan rintihan kata-kata indah membelenggu."
" Ah..!"
(Dan jiwapun melayang, melepaskan dirinya kembali berpasrah pada Illahi)
(0500700010)
" Ada apa gerangan , duhai Jiwa?"
" Entah. Aku merasa terhempas. Tak berdaya menghalau onggokan kabut putih ini."
" Mungkin enggan yang menghalangi langkahmu. Bukan putihnya kabut. Tapi taman-taman hatimu yang mengering."
" Bagaimana mungkin? Aku baik-baik saja. Aku menikmati seluruh impuls yang merasuk meluruh ke dalam tiap sel tubuhku."
" Tapi coba lihat ke sudut ruang itu. Bila kau buka sekatnya akan tampak labirin yang memusingkan."
" Benarkah? Harus bagaimana aku?"
" Masuklah kedalamnya dan urailah labirin indahmu yang kusut masai. Meski dia tetap memusingkan setidaknya kau telah menatanya."
" Ah."
" Hai, Jiwa. Kenapa kau tampak enggan?"
" ...! Mungkin aku akan terperosok ke dalam jurang yang tertutup rapi dalam labirin itu."
" Tidak. Mustahil terjadi."
" Ku tak akan sanggup. Lebih baik aku kembali saja."
" Hentikan! Bila kau kembali kau akan menemukan labirin itu semakin mengikatmu."
" Biarlah. Akan kuhancurkan saja. Aku benci, muak! Aku nista diperdaya oleh ruang pusing itu."
" Jiwa,.. tenangkanlah deru nafasmu, hiruplah oksigen kebebasan dari cakrawala, dan cucilah darahmu yang menghitam dengan mengagungkan asma-Nya. Jangan pernah gantikan ia dengan rintihan kata-kata indah membelenggu."
" Ah..!"
(Dan jiwapun melayang, melepaskan dirinya kembali berpasrah pada Illahi)
(0500700010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar