Jumat, 20 Mei 2011

Untukmu, Jiwa

by Dhini Aprilio on Monday, July 5, 2010 at 1:34am
 
" Aku ingin pergi," kataku pada kelam yang menyapa.

" Ada apa gerangan , duhai Jiwa?"

" Entah. Aku merasa terhempas. Tak berdaya menghalau onggokan kabut putih ini."

" Mungkin enggan yang menghalangi langkahmu. Bukan putihnya kabut. Tapi taman-taman hatimu yang mengering."

" Bagaimana mungkin? Aku baik-baik saja. Aku menikmati seluruh impuls yang merasuk meluruh ke dalam tiap sel tubuhku."

" Tapi coba lihat ke sudut ruang itu. Bila kau buka sekatnya akan tampak labirin yang memusingkan."

" Benarkah? Harus bagaimana aku?"

" Masuklah kedalamnya dan urailah labirin indahmu yang kusut masai. Meski dia tetap memusingkan setidaknya kau telah menatanya."

" Ah."

" Hai, Jiwa. Kenapa kau tampak enggan?"

" ...! Mungkin aku akan terperosok ke dalam jurang yang tertutup rapi dalam labirin itu."

" Tidak. Mustahil terjadi."

" Ku tak akan sanggup. Lebih baik aku kembali saja."

" Hentikan! Bila kau kembali kau akan menemukan labirin itu semakin mengikatmu."

" Biarlah. Akan kuhancurkan saja. Aku benci, muak! Aku nista diperdaya oleh ruang pusing itu."

" Jiwa,.. tenangkanlah deru nafasmu, hiruplah oksigen kebebasan dari cakrawala, dan cucilah darahmu yang menghitam dengan mengagungkan asma-Nya. Jangan pernah gantikan ia dengan rintihan kata-kata indah membelenggu."

" Ah..!"


(Dan jiwapun melayang, melepaskan dirinya kembali berpasrah pada Illahi)

(0500700010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar