by Dhini Aprilio on Tuesday, December 28, 2010 at 12:44am
entah kali keberapa kedua kumang itu menapaki celah bebatuan yang berbaris rapi di sepanjang pantai selatan
angin musim barat yang menghantam tubuh ringkih mereka tak jua membuat keduanya tersungkur hingga mencium hamparan pasir yang berdesakkan
mereka saling berpegangan erat, menautkan jemari dengan rasa percaya
akhirnya, setelah terpaan angin mereda
mereka pun berhasil menjejakkan kaki-kaki mungil yang meronta-ronta pada halaman istana yang telah berdiri bertahun silam
dengan melompat kegirangan dan imaji penuh harap, kedua kumang itu memasuki pintu gerbang yang telah terbuka
senyum mengembang di kedua bibir kisut mereka
dua pasang mata mereka bersinar melihat sekumpulan abjad yang tersusun pada selembar perkamen bertuliskan:
“Selamat datang pengertian yang mencerahkan dan pemahaman yang mengekalkan. Ingatlah, sebelum bumi diratakan.”
angin musim barat yang menghantam tubuh ringkih mereka tak jua membuat keduanya tersungkur hingga mencium hamparan pasir yang berdesakkan
mereka saling berpegangan erat, menautkan jemari dengan rasa percaya
akhirnya, setelah terpaan angin mereda
mereka pun berhasil menjejakkan kaki-kaki mungil yang meronta-ronta pada halaman istana yang telah berdiri bertahun silam
dengan melompat kegirangan dan imaji penuh harap, kedua kumang itu memasuki pintu gerbang yang telah terbuka
senyum mengembang di kedua bibir kisut mereka
dua pasang mata mereka bersinar melihat sekumpulan abjad yang tersusun pada selembar perkamen bertuliskan:
“Selamat datang pengertian yang mencerahkan dan pemahaman yang mengekalkan. Ingatlah, sebelum bumi diratakan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar