Selasa, 17 Mei 2011

Ibu..

by Dhini Aprilio on Thursday, March 3, 2011 at 12:07am
Dalam suatu acara, yang membahas kajian tematik, terjadilah dialog yang hidup dan hangat. Karena ada sesi tanya jawab dan selalu diiringi canda tawa. Sehingga membuat otot-otot wajah tertarik ke atas, dan membuat usia seolah-olah kembali ke zaman baheula.

Ketika sedang menikmati materi yang disajikan, pembicara mengungkit tentang kasih sayang seorang ibu. Hmm.. Entah kenapa, tanpa bisa ditahan, mata langsung berkaca-kaca, dan mengalir deh. Kususut dengan sembunyi-sembunyi.

Beliau menceritakan kisah nyata yang terjadi di sebuah keluarga.

Ketika kita masih  kecil, ibu berharap agar kita, anak-anak yang dicintainya cepat besar. Sementara, anak-anaknya ketika mengurus ibunya yang sudah uzur, malah berharap agar kematian segera menjemputnya.
Ketika kita kecil, ibu mengurus kita dengan penuh rasa sayang, tanpa perhitungan. Sekarang, ketika ibu membutuhkan bantuan dari anak-anaknya? Keluhan dan perhitungan yang keluar dari mulut anak-anaknya. Betapa rugi kalau kita begitu, karena itu berarti kita telah membuang peluang surga dari masa depan kita.

Ibu, kasih sayangnya sepanjang masa. Tak pernah menuntut apapun.
Sementara aku? Ada saja keluhan yang terlontar dari mulut.

Ibu, tak pernah membandingkan aku dengan yang lainnya.
Sementara aku? Terkadang kesal dengan sikapnya. Padahal beliau begitu tulus, itu hanya wujud kasih sayangnya.

Ibu, tak pernah meminta apapun dariku.
Sementara aku? Waktu pun kuminta darinya. Waktu untuk sendiri, waktu ketika aku tak ingin diganggu.

Ibu, selalu ada untukku.
Sementara aku? Dimana aku ketika ibu merasa bosan dan sepi? Aku malah asik sendiri.

Ibu, tak pernah mengeluh ketika lelah  mengurus anak-anaknya.
Sementara aku? Tidak pernah memikirkan, apakah beliau sudah makan apa belum. Apa yang sedang beliau butuhkan.

Oh, Ibu.. bukan aku tidak memikirkanmu. Karena aku yakin, ibu adalah sosok yang mandiri. Selalu tahu apa yang orang lain butuhkan. Selalu memikirkan kebutuhan orang lain. Sehingga aku lupa, bahwasanya ibu juga membutuhkan aku.

Ibu, engkau memang tidak terbiasa mengungkapkan sisi lemahmu. Engkau genggam semua keluh kesah dalam diam dan doa, mungkin juga air mata, yang engkau sembunyikan.

Oh, Ibu..selalu ada air mata bila mendengar betapa mulianya seorang ibu. Aku menangis, karena merasa belum berbakti dan membahagiakanmu.

Doaku yang juga sering terlupa, bahwa aku harus memohon agar bisa berbakti padamu, pada ibu dan ayah. Aamiin.. Maafkan.. Tapi kau takkan pernah tahu tentang perasaan ini. Karena aku hanya menuliskannya di note ini, dan menunjukkannya dengan sedikit perilaku, yang semoga membuatmu bahagia.

Love u, Mom&Dad..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar