Jumat, 20 Mei 2011

Maknai Hidup dengan Menulis

by Dhini Aprilio on Friday, August 13, 2010 at 2:28am
 
      Setiap manusia pasti pernah merasakan  kegelisahan, keterpurukan, ketidakberdayaan, dan berbagai emosi negatif lainnya. Dimana cara menyelesaikan masalahnya  juga berbeda-beda. Alangkah baiknya apabila emosi negatif  itu kita ungkapkan dalam bentuk tulisan. Niscaya kegelisahan menghilang, dan emosi pun kembali stabil seiring dengan tinta yang mengalir.
     Manusia dengan beragam profesi pasti mempunyai masalah dalam hidupnya. Ujian hidup setiap orang pasti berbeda. Karena Allah tidak akan memberi ujian kepada manusia diluar batas kemampuannya. Ada yang diuji dengan kesedihan, kemiskinan, keterbatasan, juga ada yang diuji dengan kebahagiaan dan harta yang berlimpah. Bila kita melihat masalah orang lain pasti yang terlintas dalam fikiran kita adalah,"Oh, ternyata ia memiliki masalah yang lebih berat daripada aku. Berarti aku harus lebih bersyukur." Begitupun sebaliknya. Perdana Wahyu Sentosa yang diinspirasi oleh Anthony Dio Martin, mengatakan, bahwa tipe manusia dalam menghadapi masalah berbeda-beda. Ada lima tipe yang diungkapkannya.
     Pertama,tipe kayu rapuh. Yaitu tipe orang yang apabila mendapat sedikit tekanan akan membuatnya mudah mengeluh dan berputus asa. Diperlukan latihan untuk dapat belajar  berpikir positif dan berani menghadapi kenyataan hidup.
     Kedua,tipe lempeng besi. Yaitu tipe orang yang mampu bertahan dalam tekanan tapi pada awalnya saja. Bila permasalahan semakin rumit maka ia mulai goyah, bengkok, dan jiwanya menjadi tidak stabil.
     Ketiga,tipe kapas. Yaitu tipe orang yang cukup lentur bila berhadapan dengan masalah. Setelah masalah berlalu, dengan cepat ia bisa kembali ke keadaan semula. Orang dengan tipe ini memiliki kemampuan adaptif cukup tinggi, cenderung pasif (Jawa:nrimo) dan sabar menanti sampai kondisi kembali membaik. Pada umumnya tipe ini sudah memiliki kemampuan spiritual yang baik.
     Keempat,tipe manusia bola karet.  Ini adalah tipe yang ideal dan terhebat. Karena dengan adanya masalah akan membuat mereka bekerja lebih giat, lebih termotivasi, lebih kreatif, semakin taktis dan strategis. Kecerdasan intelektual, spiritual, dan emosional dalam jiwanya cukup tinggi. Orang jenis ini mampu bertahan dan berbalik sukses dalam situasi buruk sekalipun.
     Kelima,tipe manusia lilin. Yaitu orang yang memiliki karakter yang unik, fleksibel,bijaksana dan senantiasa menjadi penerang bagi orang lain. Fleksibelitas tipe orang ini ditentukan oleh kebijaksanaannya dalam melihat hidup. Contoh: novelis dunia Fyodor Mikhailovich Dostoevsky, yang meringkuk di dalam penjara Siberia yang beku tidak berhasil membungkam kreativitasnya. Dari sanalah ia melahirkan karya-karya tulis besar, seperti The Double dan Notes of The Dead. Ia akhirnya menjadi sastrawan kaliber dunia. Hal ini juga dialami Pramoedya Ananta Toer. Sastrawan Indonesia yang menghabiskan separuh hidupnya di penjara pulau Buru. Namun Pram tetap mampu meraih berbagai penghargaan sastra tingkat dunia dan menjadi satu-satunya orang Indonesia yang masuk dalam daftar Kandidat Pemenang Nobel Sastra.

Menulislah,dan Kaupun Tersenyum

     Memang sikap hidup yang negatif, mudah frustasi (tipe kayu rapuh), dan sikap 'nrimo' terhadap masalah (tipe kapas), tidak cukup diselesaikan hanya dengan mendatangi biro konsultasi. Karena  sedikit sekali mendatangkan kebahagiaandan dan kepuasan batin. Selain dari itu  masih dibutuhkan usaha yang lebih baik untuk membangun mental dan pola pikir positif . Lebih baik permasalahan yang ada kita evaluasi, pasrahkan pada Allah, dan  kita curahkan dalam bentuk tulisan.
     Sehingga dengan menulis jiwa menjadi semakin terasah dan terbangun, juga dapat membangkitkan rasa percaya diri untuk berani mencurahkan segala perasaan dan menyampaikan apresiasi, meningkatkan intelektualitas dan aktualisasi diri, juga akan menumbuhkan motivasi yang kuat.
     Seperti halnya, Anne Frank, seorang perempuan kaum Yahudi yang menulis sebuah buku harian ketika ia bersembunyi bersama keluarga dan keempat temannya di Amsterdam semasa pendudukan Nazi di Belanda pada masa Perang Dunia II. Dimana karya tulisnya bisa menjadi sumber inspirasi untuk  banyak orang dan menjadi salah satu buku yang paling banyak dibaca di dunia. Buku harian yang digambarkan sebagai karya yang dewasa dan berwawasan ini menyodorkan potret kehidupan sehari-hari yang mendalam di bawah pendudukan Nazi.
     Dengan demikian dari mencermati karya tulis Anne Frank, Pramoedya Ananta Toerdan novelis dunia Fyodor Mikhailovich Dostoevsky telah  membuktikan pada dunia bahwa dalam situasi yang tertekan sekalipun setiap orang bisa mengeksplorasi kreatifitasnya untuk menghasilkan sebuah karya tulis demi meningkatkan intelektualitas dan aktualisasi diri, asalkan didukung oleh motivasi yang kuat dan semangat pantang menyerah. Mengutip pepatah Arab kuno: tinta yang paling pudarpun masih lebih jelas dibandingkan dengan ingatan. Jadi menulislah, dengan menulis aku berpikir, maka aku ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar