Selasa, 17 Mei 2011

Kekasih yang Dulu

by Dhini Aprilio on Friday, May 13, 2011 at 2:48am

Kasih, tahukah Kau?
Aku mengingatmu, saat sedang melahap ikan mas yang digoreng kering, pemberian ibu mertuaku, ibumu. Teringat masa lalu. Saat Kau menebar sejuta ikan mas tidak berdosa, untuk wanita-wanita pujaanmu. Kau rampas hak hidup ikan-ikan itu dari balong orangtuamu. Kau paksa pula ibumu untuk mengemasnya dalam bentuk yang cantik, hingga mewujud sebuah nama, pais lauk. Kau memang pejuang, apapun akan Kau lakukan, demi meraih cintamu.

Kasih, tahukah Kau?
Aku mengingatmu saat sedang bercermin. Teringat kembali masa lalu. Saat kau berikan sebungkus pemutih wajah sederhana pada wanita yang memikat hatimu. Tapi itu bukan aku. Saat itu, aku masih menjadi sahabatmu. Kemudian, setelah Kau menuntaskan urusanmu, dengan gadis yang Kau harap akan memakai pemutih wajah itu, (Aku tidak mengerti asbabun nuzul pemberian pemutih itu), Kau hampiri aku, dengan membawa dua bungkus makanan has Bogor,asinan. Yang Kau impor langsung dari tempat produksinya. Saat itu, malam hari. Aku ingat karena bertepatan dengan awal pergantian tahun 2000. Kedua bungkus asinan itu, mohon maaf, tidak sempat kucicipi karena kulkas yang kurang berfungsi. Tapi aku senang dengan kedatanganmu, yang menurut pendapatku, konyol dan tidak masuk akal. Saat itu aku menertawakan kekalahanmu dalam mendapatkan sebuah jawaban ‘iya’ dari gadis dengan pemutih wajah itu.

Yang membuat aku senang lagi adalah kedatanganmu beberapa hari kemudian juga dengan membawa ramuan pemutih wajah buatan Nenekmu yang tinggal di Kalimantan. (Berbeda dengan pemutih wajah yang pertama. Dan sampai saat aku menuliskan cerita inipun, butir-butir pemutih itu masih tersimpan di tualet kamarku di dalam sebuah botol bekas madu Sumbawa). Yang kerennya lagi. Kau mengambil ramuan itu dari kamar adik perempuanmu satu-satunya. Yah, memang tak habis-habisnya aku menertawakan tingkahmu. Aku selalu menertawakan kekonyolan dan kenekatanmu, meski sering pula aku melotot marah padamu.

Kasih, dulu, yang paling indah untukku adalah saat Kau menghadiahiku larik-larik puisi indah. Kau berhasil mengikat hatiku dengan kata-kata. Aku bisa membacamu dari kata-kata yang tersaji. Itulah aku, sedari dulu. Selalu mencintai kata-kata indah yang tersurat penuh makna.

Saat ini, seiring waktu berjalan. Kehidupan telah menghamili rahim kata dari jiwaku. Begitu saja luapan abjad terlahir. Dari kata yang tak dapat terucap melalui lidah yang kelu dan bibir terkunci. Pun dari aneka rasa yang berlompatan di hati dan kepala.

Kasih, kuyakin dan percaya, Kau adalah terbaik untukku. Dengan segala kurang dan segala khilafku.Terima kasih untuk ketulusan dan segala perjuanganmu, demi aku dan dua mutiara hatimu.

Tepisunyi, 01300500011

(Mudahmudahan beliau tidak merasa dipermalukan. Hehehe.. Maaf kalau iya. Habis ngga ada badan sensor. Ini namanya kebebasan berapresiasi tanpa tedeng alingaling. Peace.. :))


· · Share · Delete

Tidak ada komentar:

Posting Komentar